Suara suara sumbang mulai bernyanyi, "yaah wfh nya diperpanjang lagi" sambil tepuk jidat.
Dulu akhir pekan paling dinanti, menikmati nyamanya berada di rumah seharian, saking nyamannya bertemu hari Senin terasa sesuatu banget. Jatah cuti paling ditunggu, bisa berpesiar meski sekedar melepas kepenatan rutinitas tugas harian yang tidak pernah selesai.
Masuk pekan ke lima sudah ada yang berteriak pengen kerjaaaa di kantor.
Begitu ada kesempatan yang ga bisa di hindari harus ke tempat kerja, bertemu beberapa kawan waaaah rasanya.
Ada apa dengan kita?
Dan aku seorang perempuan.
Oh bengini rasanya ya, ketika dipaksa merasakan sepenuhnya melaksanakan rutinitas sebagai ibu rumah tangga yang  sepenuh waktu berada di rumah bahkan melangkah untuk keluarpun dibatasi, hanya jika terpaksa harus keluar memenuhi kebutuhan. Kontak sosial pun hanya bisa dilakukan dalam layar kaca dalam genggaman tangan.
Duhai ibu Kartini, inikah yang ibu rasakan dulu? Saat ibu mesti berada di rumah sepenuhnya (dipingit).
Diantara kita ada yang memang harus berada di rumah sepanjang masa dengan tugas tugasnya  sebaga ibu bagi anak anak nya sepanjang waktu yang dimilikinya, mengurus rumah tanggannya yang bahkan tanpa bantuan orang lain.Â