hilir mudik memadati layar kaca.
Ini "jam-sibuk", kata mereka.
Klakson-klakson seakan beradu, saling bersahutan
atau saling berbalas.
Bunyi-bunyi memekakkan telinga.
Yang satu meninggikan suara,
satunya lagi memilih berbunyi berkali-kali.
Aduhai ngotot sekali orang-orang ini, pikirku.
Oh siapa pula aku?
Hanyalah satu, dari berjuta penonton.
Tengah menatap di pinggir jalan.
Sementara orang di jalan raya
sibuk berlomba,
berebut siapa yang lebih dulu
sampai ke tempat yang dituju.
Lalu lintas padat sekali,
kamera pengintai lantas sibuk
menyoroti jalan raya.
Pinggiran jalan terpinggirkan sudah.
Suara suara kini kian mensedi.
Orang-orang makin tak sabaran.
"Tak apa melanggar rambu,
paling nanti yang lain juga,"
Begitulah anggapan semua orang.
Senggol sana sini, bukan hal baru.
Layar kaca kini penuh sesak,
berjejalan suara-suara sumbang.
Kami, bosan mendengarnya.
Bagaimana pula mau tutup kuping,
jalan raya tepat di depan kami.
Berpaling pun, bisingnya tetap terdengar.
Semoga lekas berlalu,
dan sampai jumpa lagi.
Orang-orang di jalan kaca.
// suatu malam,
menatap layar kaca. //