Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

NKRI dan SARA

16 Januari 2010   06:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:26 97 0
Sebetulnya saya sudah enggan untuk menanggapi topik yang lagi hangat akhir pekan ini. Tetapi entah kenapa ada semacam dorongan kuat dari dalam hati kecil ini. Ditambah lagi kondisi anak-anak saya rewelnya minta ampun, bukan main susahnya untuk konsentrasi.

Karena topiknya juga sangat sensitif, sempat juga timbul keraguan jangan-jangan malah memperkeruh suasana. Sebab biasanya dalam keadaan emosi tinggi nalar menjadi nomor terakhir. Tapi berangkat dari filosofi share and connecting itulah saya beranikan diri juga untuk menulis.

Silang pendapat di rumah demokratis (sehat) kompasiana menyoal postingan dengan materi wacana NKRI dan SARA mencerminkan keberagaman kita sebagai sebuah bangsa yang besar. Bukankah di awal pembentukan negara ini juga tak lepas dari pro dan kontra? Para founding fathers harus kerja keras untuk bisa merangkai negara ini.Jadi seyogyanya energi yang kita miliki dimanfaatkan bukan dengan saling serang dan sahut-sahutan. Alangkah indahnya jika kita bisa duduk bersama membahas segala macam topik tanpa harus saling menciderai satu sama lainnya.

Saya teringat dengan tokoh Guru Bangsa, Abdurrahman (Gus Dur) Wahid. Beliau selama akhir hayatnya telah memberi contoh kepada kita dalam menyikapi keberagaman itu. Ungkapan Gitu Aja Repot adalah resep ampuhnya mengatasi pelbagai problem bernegara dan berbangsa kita.

Dan sebenarnya wacana negara federasi telah muncul jauh sebelum ada Kompasiana (era internet). Begitupun wacana suku, agama dan ras. Hampir sama umurnya dengan keberadaan ummat manusia. Dan dibelahan dunia manapun kedua wacana tersebut selalu ada. Bahkan menjadi isu yang tak akan pernah habis untuk dibahas dan digali. Berbagai macam alasan yang mendasarinya dan umumnya bermuara pada kekecewaan akan ketidakadilan.

Sepanjang semua pihak mau terbuka dan berbesar hati menerima perbedaan sikap dan pandangan tentu berdampak baik bagi bangsa dan negara. Pendekatan kekuasaan justru semakin menyuburkan bibit-bibit pertentangan tersebut.

Lantas kenapa kita harus saling curiga mencurigai? Toh negara tercinta ini tak akan bubar hanya karena ramainya postingan-postingan dengan content NKRI dan SARA. Dengan kata lain, apa mungkin sebuah postingan bisa menyebabkan terjadinya revolusi?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun