Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Abu Nawas Menjual, Bukan Main Pusingnya Raja

23 Juni 2023   10:27 Diperbarui: 23 Juni 2023   10:37 499 0
Terkadang untuk menunjukkan sesuatu kepada sang Raja, Abu Nawas tidak hanya bisa melaporkannya secara lisan saja. Ada baiknya jika Raja mengetahuinya langsung dengan mata kepala sendiri agar bisa menyaksikan seperti apa pesan yang akan disampaikan itu. Ternyata masih banyak sekali di tengah-tengah rakyatnya yang hidup sengsara yang jauh dari perkiraan dan ada juga praktek jual beli budak disebabkan ketidakseimbangan keadaan pendapatan kebutuhan hari-hari.

    Dengan tekad yang besar, kuat dan amat bijaksana itu, Abu Nawas berencana untuk menjual Baginda Raja kepada masyarakat yang biasa memperjualbelikan budak. Jadi rencanakan Raja Yang Mulia akan dijadikan budak secara sembunyi-sembunyi.

    Karena menurut pandangan Abu Nawas hanya Baginda Raja seorang yang paling bisa untuk dijual agar Raja tahu dengan sesungguhnya keadaan masyarakat nya.

    Bukankah selama ini Baginda Raja selalu memperhatikan dirinya, memperlakukan dirinya dengan banyak kemewahan. Ini saatnya, Raja menjadi seorang Budak dan menikmati kehidupan layaknya Budak agar kesengsaraan masyarakat dapat dirasakan nya. Dan pikirannya lebih fokus lagi menata keadaan masyarakat yang masih jauh dari kata layak itu. Jadi sudah sepantasnya kalau sekarang giliran Abu Nawas mengerjai Baginda Raja dengan tujuan perbaikan.

    Catatan: Ternyata mengerjai pemimpin untuk tujuan kebaikan itu, boleh ! Asal bisa tanggung resikonya.

    Lanjut !!!

    Abu Nawas menghadap Raja dengan penuh semangat, antusiasnya luar biasa, kapan lagi bisa kerjain Raja, lalu dia berkata kepada Baginda Raja Harun Al Rasyid.

    "Sembah hamba Yang Mulia Raja Terhormat, kedatangan ku menghadap sebenarnya ada suatu hal yang sangat begitu pentingnya serta menarik untuk Baginda Raja Yang Mulia Terhormat dengar dan hamba akan menyampaikan nya hanya kepada Paduka Yang Mulia."

    Baginda Raja langsung merespon dengan baik, "katakan padaku, apa itu wahai Abu Nawas ?" tanya Baginda langsung tertarik tanpa berpikir ada hal yang direncakan oleh Abu Nawas.

    "Hal yang akan aku katakan ini adalah sesuatu yang paling penting yang hamba yakini belum pernah terpikirkan oleh Baginda sebelumnya apalagi jauh di dalam benak Paduka yang mulia." kata Abu Nawas meyakinkan Baginda Raja Yang Mulia.

    Saking gembiranya Yang Mulia Raja langsung menyuruh Abu Nawas, "kalau begitu ayo cepatlah kesana, jangan lama-lama, supaya aku bisa menyaksikannya langsung." kata Baginda Raja tanpa rasa curiga sedikit pun.

    Apalagi Abu Nawas, hampir berlompatan, bahagia cuman dia berlompatan dalam hatinya sambil berkata, "Rajaku, kali ini maafkan aku, tapi kali aja Raja menjadi mainan ku." Lanjut Abu Nawas pada Baginda, "tapi Baginda ... " kata Abu Nawas yang sengaja tidak ingin melanjutkan perkataannya itu untuk membuat Raja penasaran sedikit lebih besar rasa ingin tahunya itu.

    Benar saja, Baginda penasaran dan mempertanyakan pada Abu Nawas "tapi apa, katakanlah ?." Tanya Baginda tidak sabar ingin mendengar jawaban Abu Nawas yang menurut Baginda ada yang lain itu.

    "Tapi Baginda harus menyamar sebagai rakyat biasa agar bisa menikmati keadaan indah ditengah masyarakat Baginda sendiri. Karena kalau tidak menyamar maka Baginda tidak akan bisa menikmati apalagi menyaksikan benda ajaib itu, masyarakat akan memintanya dari Baginda jika Baginda datang dalam keadaan berpakaian kerajaan. Pasti masyarakat beranggapan, kapan lagi bisa meminta pada Rajanya. Makanya hamba menyarankan pada Raja untuk menyamar." kata Abu Nawas.

    Karena begitu besar keingintahuan Baginda Raja, maka beliau bersedia menyamar sebagai rakyat biasa seperti yang diusulkan Abu Nawas padanya.

    Kemudian Abu Nawas dan Baginda Raja Harun Al Rasyid berangkat menuju ke sebuah hutan hingga mengundang perhatian dari Baginda, bertanya lah Baginda pada Abu Nawas, "ya Abu Nawas, benda apakah yang ajib itu ? Apakah benda itu ada di hutan ya, saya kira benda ajaib itu ada ditengah-tengah masyarakat ?."

     "Wahai Baginda Yang Mulia Raja Terhormat, benda ajaib itu memang ada di tengah-tengah masyarakat tapi untuk menuju kesana, kita harus melewati hutan dulu. Ini jalan yang dikhususkan untuk melihat benda ajaib itu."

    "Berarti benda Ajaib itu memang sangat luar biasa." Membalas jawaban Abu Nawas dengan respon yang positif.

    Sampailah mereka di hutan itu, lalu Abu Nawas mengajak Baginda Raja untuk mendekati sebuah pohon yang rindang dan dia memohon kepada Baginda Raja untuk menunggu di situ sebentar saja. Sedangkan Abu Nawas pergi menemui seorang Badui yang memang aktifitas pekerjaan adalah menjual belikan budak.

    Abu Nawas lalu mengajak pedagang budak itu untuk melihat calon budak yang istimewa itu dan akan dijual kepadanya dari jarak yang agak jauh.

    Abu Nawas membuat alasan bahwasanya yang sebenarnya calon budak itu adalah teman dekatnya dan keluarga nya membutuhkan uang untuk satu bulan kedepan termasuk mau pergi berobat dan karena dia sulit cari kerjaan makanya aku jual. Karena itu aku tidak sampai hati dan tega menjualnya di depan mataku sendiri.

    Setelah pedagang budak itu memperhatikan dengan seksama, segembira mungkin dari kejauhan dan merasa cocok maka ditetapkan harga sekian-sekian.

    Bukan hanya itu lalu Abu Nawas pun membuat surat kuasa yang isinya menyatakan bahwa, ''pedagang budak ini sekarang mempunyai hak penuh atas diri orang yang sedang duduk di bawah pohon rindang itu.''

    Setelah menerima uang dan memberikan surat kuasa itu, Abu Nawas pergi begitu saja meninggalkan Baginda Raja yang masih berada, menunggu dibawah pohon itu.

    Dan saat Abu Nawas pergi, pembeli budak sekaligus pedagang itu, menghampiri Baginda dengan raut wajah yang ceria. Baginda belum tahu kalau dirinya sudah dijual oleh Abu Nawas kepada pedagang budak itu dan Baginda bertanya-tanya sendiri, ''mengapa Abu Nawas belum juga datang menemui ku di bawah pohon ini, katanya mau melihat benda ajaib.''

    Baginda heran karena tiba-tiba saja seseorang mendatanginya dibawah pohon dan itu bukan Abu Nawas yang ditunggunya.

    Karena merasa heran, Baginda bertanya pada orang itu, ''siapa kamu ?" tanya Baginda Raja kepada pedagang budak yang tidak diketahuinya bahwa kedatangan orang tersebut akan membawanya sebab sudah membelinya.

    Jawab pedagang budak itu, "aku adalah majikan mu, sekarang. Aku adalah tuan mu, aku sudah membeli mu." kata pedagang budak itu agak kasar pada Baginda Raja.

    Tentu saja pedagang budak itu berkata demikian sebab ia tidak tahu dan tidak mengenali siapa laki-laki yang sudah dibelinya itu. Jika pedagang itu tahu maka ia pun akan di hukum karena telah lancang membelinya dari Abu Nawas.

    Penjelasan pedagang budak barusan, tentu mengagetkan Baginda Raja, "apa maksudmu berkata demikian ?" tanya Baginda Raja dengan wajah merah.

    "Aku sudah membeli mu dengan harga sekian-sekian dari seseorang yang bernama Abu Nawas. Dia telah menjual mu padaku dan aku juga diberikan surat kuasa yang baru dibuatnya sebagai bukti bahwa kamu sudah aku beli." Pedagang budak menjelaskan dengan kasarnya pada Baginda Raja.

    "Kurang ajar, kamu bilang Abu Nawas menjual ku padamu. Abu Nawas, awas kamu kalau kutemukan dirimu, kurontoh kan gigimu." kata Baginda makin murka didepan pedagang budak itu.

    Karena pedagang budak itu heran melihat Baginda marah-marah didepannya, pedagang budak itu pun lalu membentak Baginda Raja, "diam !. Aku tidak perduli padamu. Sekarang kamu adalah budak ku."

    Baginda Raja juga manusia dan memiliki juga sifat takut, pelan dia bertanya pada pedagang budak itu, "tahukah kamu aku ini siapa sebenarnya ?." Tanya Baginda agak halusnya.

    "Mau kamu siapa ? Aku hanya tahu kamu adalah budak ku saat ini dan tidak perlu memberitahukan padaku siapa kamu." Kata pedagang budak seenaknya pada Baginda.

    Dalam percakapan itu ternyata Baginda Raja telah dibawa oleh pedagang budak tadi kerumah nya dan langsung menuju belakang rumah. Sesampainya dibelakang rumah, pedagang budak memanggil salah satu budak miliknya dan membawa dua parang yang satu untuk Baginda Raja dan yang satu untuk budak satunya.

     Baginda Raja diperintahkan untuk membelah kayu sebanyak-banyaknya.

    Tumpukan kayu di belakang rumah pedagang itu begitu banyak sehingga melihatnya saja, Baginda sudah merasa kelelahan apalagi harus mengerjakannya.

    "Ayo kerjakan !.'' Pedagang budak itu membentak Baginda Raja.

     Baginda mengikut saja saat diperintah oleh pedagang budak dengan ganasnya itu.

    Dilihatnya lah cara memegang kayu dan cara membelahnya membuat pedagang budak itu merasa heran karena tidak seperti kebanyakan budak yang lain.

    Si pedagang mendekati Baginda dan menegurnya, 'kamu ini bisa tidak memegang parang masa bagian parang yang tidak tajam kamu arahkan ke kayu, mana bisa kayunya terbelah, kamu ini benar-benar bodoh sekali !. Biar pegang saja parang tidak tahu."

    Kemudian Baginda mencoba membalik parang yang bagian tajamnya diarahkan ke kayu dan mencoba untuk membelah kayu nya tapi tetap saja tidak bisa dilakukan nya bahkan terasa aneh dan lain-lain dilihat oleh pedagang itu.

    Nasib Baginda hari ini sedang tidak baik-baik saja. Abu Nawas, awas kamu kalau ketemu !"Oh malang nya aku hari ini, apakah seperti ini penderitaan masyarakat ku yang miskin dalam mencari sesuap nasi, mereka membanting tulang, bekerja keras lebih dahulu baru bisa makan sementara aku hanya duduk di singgasana dengan mudah mendapatkan makanan.''

    ''Melihat mu seperti ini membuat ku tidak tahan. kuingin tanganmu ku potong karena tidak bisa memegang parang dan membelah kayu." gumam pedagang itu dengan kesalnya. Sambil menatap Baginda dengan pandangan tajam, heran dan bertambah marahnya itu. Pedagang itu mulai merasa kalau membeli budak ini hanya kerugian yang dia dapatkan.

    Akhirnya Baginda tidak tahan dan memberitahu pedagang itu, "hai pedagang aneh, sudah cukup, hentikan permainan ini semua, aku tidak tahan lagi !"_

    "Kamu tahu jika aku adalah Rajamu. Raja Sultan Harun Al Rasyid."

    Namun pedagang itu justru balik berkata, ''kamu itu budak ku dan harus patuh padaku." Jawab pedagang itu pada Baginda sambil memukul Baginda. Tentu saja raja yang tak pernah merasakan pukulan, menjerit kesakitan sebab kayu yang dipakai pedagang memukul adalah kayu yang masih ada didepan Baginda yang belum terbelah.

    Baginda Raja masih menjelaskan pada pedagang itu kalau dirinya adalah Rajanya, "Hay pedagang, aku ini benar-benar rajamu, Sultan Harun Al Rasyid." kata Baginda, "kalau kamu tidak percaya lagi, lihatlah ini." Baginda Raja menunjukkan tanda kerajaannya.
    Melihat tanda kerjaan itu, akhirnya pedagang budak itu kaget bukan main dan meminta maaf pada Baginda atas ketidaktahuanya itu dan mulai mengenal Baginda Raja sebagai Rajanya.

    Pedagang itu langsung bersimpuh diri dan menyembah Baginda Raja. Sementara Baginda Raja tetap mengampuni pedagang budak itu disebabkan ketidaktahuan nya.

    Namun kepada Abu Nawas Baginda Raja sungguh sangat marah dan murkanya. Baginda Raja ingin sekali memotong kepala nya, ingin rasanya membuat nya jadi nasi goreng, jadi makanan singa lapar di kandang kerjaan.

    Baginda pun pulang. Sesampainya di istana, segeralah pengawal, algojo disuruh siap-siap untuk memenggal kepala nya Abu Nawas. Karena Baginda Raja yang perintahkan, semua cepat bergerak.

    Tak selang lama, Abu Nawas dihadirkan didepan Raja yang masih terlihat kesal itu.

    "Hay Abu Nawas, kamu sudah keterlaluan. Hari ini, aku hampir saja mati. Sebelum kamu dipenggal, katakan apa keinginan terakhirmu ?."

    Abu Nawas tertunduk didepan Raja. Bukan karena takut dipenggal tapi memikirkan solusi untuk menyelamatkan dirinya dari jeratan hukuman mati.

    "Wahai Rajaku Yang Mulia Terhormat. Hamba tahu kalau hamba bersalah tapi yang lebih bersalah itu adalah Baginda. Jadi Baginda juga harus dipenggal kepalanya bersamaan denganku.''

    "Berani sekali kamu membalikan keadaan, hay Abu Nawas."

    "Ini kenyataan Yang Mulia Raja Yang Terhormat. Raja membiarkan para pedagang budak itu membeli dan menjual budak sesuka keinginan mereka sementara mereka berada di wilayah kekuasaan Baginda, apa Baginda tidak takut dengan pengadilan Tuhan yang mana semua orang ditanyai amal perbuatannya."

    Mendengar penjelasan Abu Nawas, Baginda terdiam dan berkata, "kamu benar Abu Nawas, aku yang salah !."

    "Wahai Baginda Raja Yang Mulia Yang Terhormat, aku sengaja membawa Baginda untuk melihat benda ajaib itu sebenarnya adalah para pedagang budak itu. Jika aku katakan sebelum pergi bersama Baginda tentu Baginda akan menyuruh menteri-menteri kerjaan untuk pergi melihatnya. Dan jika pun Baginda hanya mendengar kabar, pasti Baginda tidak akan percaya lagi makanya dengan cara tepat, aku membawa Baginda."

    Sekali lagi Baginda raja hanya terlihat seperti tidak terjadi apa-apa lagi. Diam-diam mengakui kecerdasan Abu Nawas, kali ini Abu Nawas mendapatkan lagi penghargaan sebagai warga terbaik dengan hadiah emas dalam jumlah lumayan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun