Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerbung Pilihan

Abu Nawas Kanibal, Raja yang Pusing

22 Juni 2023   10:30 Diperbarui: 22 Juni 2023   10:39 330 4
Saat itu Abu Nawas baru saja pulang dari istana setelah dipanggil Baginda. Abu Nawas tidak langsung pulang ke rumahnya. Dia berkeliling-keliling dulu, berjalan-jalan terlebih dahulu kesebuah perkampungan orang-orang Badui.

Hal Ini memang sudah menjadi kebiasaan Abu Nawas yang gemar mempelajari adat istiadat orang-orang Badui. Bahkan cara mereka hidup keseharian nya seperti apa.

Di perkampungan itu, Abu Nawas melihat sebuah rumah besar yang dari luar terdengar suara bising yang seperti suara kerumunan puluhan orang yang ada didalamnya.

Abu Nawas tertarik sekali dan ingin melihat untuk apa orang-orang Badui berkumpul di sana. Adakah sesuatu yang mereka lakukan selain berkumpul disana ? Pertanyaan-pertanyaan aneh yang muncul dipikiran Abu Nawas menjadikan dia semakin penasaran.
 
Ternyata di rumah besar itu adalah tempat orang Badui menjual bubur laris. Sebuah bubur khas makanan para petani yang menjadi makanan terpopuler kala itu.

Tapi Abu Nawas tidak segera masuk ke rumah besar itu karena ia merasa lelah dan ingin beristirahat maka ia terus berjalan ke arah pinggiran desa untuk mencari tempat istirahat yang cukup serius.

Abu Nawas beristirahat di bawah pohon rindang, besar dan banyak daunnya. Dia merasakan kesejukan hawa di situ enak dan segar sehingga tidak berapa lama kemudian dia beristirahat, diapun mengantuk dan tertidur di bawah pohon penuh hayalan.

Karena asyik tidur dengan lelapnya dibawah pohon rindang nan lebat daunnya, segar anginnya itu, Abu Nawas tak sadar sudah berapa jam lamanya dia tertidur sehingga tiba-tiba saja dia terasa dilemparkan ke atas lantai tanah. Track, " "aduh, sakit !." Teriak Abu Nawas sambil terbangun dari tidurnya.

"Kurang ajar ! Siapa yang melemparkan ke atas tanah ?" Tanyanya keheranan sambil menengok kanan kiri, atas bawahnya, dia ingin tahu apa yang melemparnya.

Ternyata dia sudah berada didalam ruangan pengap berjeruji besi, gelap, bau, banyak kecoa, seperti dalam penjara.

"Haiii, kalian yang mendengar ku, tolong keluarkan aku dari sini, kenapa aku dipenjara di sini ?. Apa salahku, apa dosaku, tiba-tiba kalian membawaku kesini ?. Oh, malang nasibku, apakah kalian tidak tahu kalau aku ini warga kesayangan Baginda Raja."

Ternyata teriakan-teriakan Abu Nawas mengundang kemunculan seorang laki-laki yang bertubuh besar dan kasar. Diperhatikan lah laki-laki itu dengan seksama oleh Abu Nawas kemudian Abu Nawas teringat pada sesuatu yang ternyata orang inilah yang menjual bubur laris di rumah besar di tengah desa tadi.

"Jangan ! Jangan mendekati aku", Abu Nawas semakin berteriak sekeras mungkin.

Orang itu tidak perduli. Dia tetap mendekati Abu Nawas. Semakin didekati, Abu Nawas semakin memberontak didalam penjara sekehendaknya.

"Cepat makan ini !" Kata orang kasar lagi tinggi itu sembari menyodorkan piring ke lubang ruangan. Abu Nawas tidak segera makan. Dia masih belum tahu apa kesalahannya, kenapa dia dimasukan kedalam penjara.

"Mengapa aku dipenjara?." Tanya Abu Nawas

"Kau akan kami sembelih dan akan kami jadikan campuran bubur laris." Jawab orang bertubuh kasar dan tinggi itu.

"Hah...! Jadi yang kau jual di tengah desa itu adalah bubur manusia ?." Tanya kembali tidak habis mikir sambil menggeleng kepalanya.

"Tepat !. Itulah makanan favorit kesukaan kami selama ini karena banyak manfaatnya bagi kami.."

"Kamu dan satu kampung ini suka makan daging manusia ?."

"lya !. Bukan hanya suka tapi kami juga berebut kalau ada daging gemuk termasuk daging mu sebab besok pagi kau akan kami sembelih, lalu kami masak, kami panggang, kami goreng, kami baksonin, kami cincang tulangmu baru kami jemur biar saat di goreng bisa krispik.''

''Takut !."Jawab Abu Nawas. Namun dia masih penasaran, Abu Nawas terus bertanya lagi, "sejak kapan kalian makan daging manusia ?."

"Sudah lama sekali setidaknya sebulan kami makan daging manusia satu atau kalau banyak pemasukan, ya kami habisi semuanya."

"Dari mana saja kalian dapatkan daging manusia ?."

Abu Nawas gitu banyak tanya. Bukan memikirkan solusi nyawanya malahan banyak nanyanya.
Solusinya nanti aja, mereka belum tahu siapa aku. Kalau mereka tahu siapa Abu Nawas pasti mereka akan melepaskan ku. Warga kesayangan Baginda, gitu.

"Kami tidak mencari ke mana-mana, hanya setiap kali ada orang masuk atau lewat di desa kami pasti kami tangkap dan akhirnya kami sembelih untuk dijadikan bubur." Abu Nawas diam sejenak. la berpikir keras bagaimana caranya bisa meloloskan diri dari bahaya maut ini. la merasa heran, kenapa Baginda tidak mengetahui bahwa di wilayah kekuasaannya ada kanibalisme, ada manusia makan manusia seperti ini.

"Barangkali para menteri hanya melaporkan hal yang baik-baik saja. Mereka tidak mau bekerja keras untuk memeriksa keadaan penduduk." pikir Abu Nawas. "Baginda harus mengetahui hal seperti ini secara langsung,  kalau  perlu. !"

Setelah memberi makan berupa bubur Badui itu maka kemudian Abu Nawas ditinggalkan sendirian. Abu Nawas tentu saja tak berani makan bubur itu jangan-jangan bubur manusia betulan. Dia menahan lapar semalaman tak tidur, tubuhnya yang kurus makin nampak kurus.

Esok harinya Badui itu datang lagi untuk memberikan informasi bahwa sebentar lagi, Abu Nawas akan disembelihnya.

"Bersiaplah sebentar lagi kau akan mati. Sebelum kamu mati, makanlah makan enak yang sama ini agar daging mu bertambah lezatnya.""

Abu Nawas berkata menyampaikan keluhannya, "tubuhku ini kurus, kalaupun kau sembelih, kamu tidak akan memperoleh daging yang banyak. Kalau kamu setuju nanti sore akan kubawakan temanku yang bertubuh gemuk. Dagingnya bisa kalian makan selama lima hari."

"Benarkah ?." Jawab orang itu

"Aku tidak pernah bohong !'' Abu Nawas membalas

Orang Badui itu diam sejenak, ia menatap tajam kearah Abu Nawas. Entah kenapa akhirnya orang Badui itu rnempercayai dan melepaskan Abu Nawas.

Abu Nawas langsung pergi ke istana menghadap Baginda. Dalam hatinya berkata, "sekarang giliran ku yang akan membuat mencari solusinya. Selama ini, selalu aku yang dibuat mencari solusi dari setiap keinginan nya yang aneh."

Setelah berbasa-basi maka Baginda bertanya kepada Abu Nawas.

"Ada apa Abu Nawas ? Kau datang tanpa kupanggil ? Apakah ada yang begitu serius ?." Tanya Baginda Raja yang belum tahu apa maksud kedatangan Abu Nawas menemuinya.

"Ampun Tuanku Yang Mulia Raja, hamba baru saja pulang dari suatu desa yang sangat menegangkan dan menganeh kan sekali.''

"Desa aneh, apa keanehannya ?. Beritahukan padaku agar kita bisa memperbaiki keanehan itu." Jawab Baginda Raja.

"Di desa tersebut ada orang menjual bubur laris yang khas dan sangat lezat dan sungguh sangat enak sekali. Di samping itu hawa di desa itu benar-benar sejuk dan segar tidak ada desa seperti itu yang pernah aku singgahi." Abu Nawas meyakinkan Baginda Raja.

"Aku ingin berkunjung ke desa itu agar aku tahu seperti apa keanehan dan kesegaran hawa disana. Pengawal, Siapkan pasukan !." Perintah Baginda Raja.

"Ampun Tuanku Yang Mulia Raja, kalau boleh jangan membawa pengawal, Tuanku. Baginda harus menyamar jadi orang biasa agar bisa bersentuhan langsung dengan Masyarakat di desa itu. Kesegaran hawa dan keanehan di desa itu hanya bisa diketahui kalau Baginda bersentuhan dengan masyarakat yaitu dengan cara menyamar."

Jawab Raja, ''wahai Abu Nawas, ini demi keselamatan ku sebagai seorang raja. Kalau aku kenapa-kenapa, siapa yang akan membantuku ?.''

Tentu saja Raja merasa was-was jika harus menyamar tanpa pengawalan dari anak buahnya.

Sekali Abu Nawas memberi penjelasan, "ampun Tuanku Yang Mulia Raja jika membawa tentara maka orang desa akan ketakutan dan Tuanku takkan dapat melihat orang menjual bubur khas itu apalagi menanyakan keanehan serta hawa segar itu."

Mendengar penjelasan Abu Nawas yang masuk akal itu, segera saja Raja menyanggupinya, "baiklah, kapan kita berangkat ?."

"Sekarang juga Tuanku, supaya nanti sore kita sudah tiba di perkampungan itu, lebih cepat lebih baik, Baginda."

Lalu Baginda menyamar sebagai masyarakat biasa mengikuti petunjuk Abu Nawas. Mereka berjalan bersama ke perkampungan Badui kanibal itu dengan sangat baik, tidak ada yang aneh sebelum sampai.

Setelah sampai di perkampungan itu, Abu Nawas mengajak Baginda masuk ke rumah besar tempat orang-orang makan bubur. Di sana mereka membeli bubur. Baginda memakan bubur itu dengan lahapnya, tidak ada perasaan yang aneh. Baginda Raja mengira bahwa yang dimakannya adalah bubur biasa saja.

Langsung saja Raja berkata, ''Abu Nawas, betul katamu, bubur ini memang lezat dan sungguh enak sekali, tapi Kenapa bubur mu tidak kamu makan, Abu Nawas ?."

"Hamba masih kenyang, wahai Tuanku" kata Abu Nawas sambil melirik dan berkedip ke arah penjual bubur, tanda bahwa inilah orang nya.

Setelah makan, Baginda diajak ke tempat pohon rindang yang hawanya sejuk dimana Abu Nawas beristirahat untuk tidur.

"Betul juga katamu, di sini hawanya memang  sejuk dan segar. Ahhhhh aku kok mengantuk sekali."kata Baginda pada Abu Nawas dan orang itu.

"Tunggu Tuanku Yang Mulai. Jangan dulu tidur, hamba pamit mau buang ari kecil di semak-semak belukar sana yang dekat dari sini."

"Baik, pergilah Abu Nawas !. Tapi cepat kembali ya."

Baru saja Abu Nawas melangkah pergi, Baginda sudah tertidur, tapi ia segera terbangun lagi ketika mendengar suara bentakan keras.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun