Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Kembalinya Permainan Juku Eja

31 Agustus 2014   20:18 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:59 85 0
Salam kompasiana, sudah lama sekali tidak menulis tentang bola nasional. Di sela-sela ngambil data penelitian di Makassar, sy ingin menulis tentang kebangkitan klub kebanggaan saya, PSM Makassar. Dua pertandingan terakhir saya sempat ikut nonton bareng dengan suporter2 PSM di sebuah cafe. Maklum kalo bukan Persib, Arema ato Persija, jangan harap PSM disiarkan di MNC Grup. Jadinya mesti nonton di cafe yg menayangkan K-Vision. Oke, kita mulai, boleh dikata performa PSM musim ini sangat fluktuatif, ibarat harga minyak nilam dan komoditi lainnya. Di awal kompetisi, PSM mendatangkan beberapa pemain terkenal, tp banyak jg yg sudah tua, seperti Budi Sudarsono, Ponaryo Astaman, Markus Haris, Kenji Adachihara, Fahrudin, Ardan Aras, Robertino Pugliara, Roman Chmelo. Lalu menyusul pemain muda seperti Agung Prasetyo, Supandi, Djyusman, dengan pelatih ex-Deltras Jorg Peter Steinebrunner. Beberapa pemain akhirnya tidak lulus seleksi, dicoret di tengah kompetisi, bahkan beberapa pemain seperti Ponaryo dipinjamkan ke Persija dan Robertino (skrg Persipura) dicoret dari tim. Di awal kompetisi PSM kebanyakan mengalami hasil imbang dan kekalahan. Di paruh pertama musim, PSM hanya 2 kali menang atas Persiba Bantul dan Perseru Serui, 5 kali kalah, dan 3x imbang. Hasil buruk ini salah satunya disebabkan tidak bisa digunakannya Stadion Mattoanging (sekarang Gelora A.Mattalatta) kandang legendaris Juku Eja. Sehingga PSM harus bermain tanpa dukungan suporter, hal ini tentu saja menguntungkan lawan karena ibarat bermain di tempat  netral di Gelora Bung Tomo.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun