Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Putus Cinta Ditinggal Kawin

16 Desember 2011   14:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:10 137 0
Malam ini, salah seorang teman adik saya yang masih ABG mampir ke tempat kami biasa nongkrong. Sepertinya dia sedang galau. Bisa dilihat dari raut wajahnya yang tertekuk dan hanya tersenyum kecut saat menoleh ke arah saya berdiri. Bukan hal yang menyenangkan bagi saya pribadi menerima senyum seperti itu. Dan seperti biasa, naluri "kepenasaran" saya mengganggu saya untuk sedikit mendekat ke tempat mereka berdua berkumpul.

Karena takut ketahuan nguping, saya mengatur posisi di tempat yang weunak. Beberapa lama, terdengar suara mereka berbincang, sedikit bergosip, namun tak jarang pulang seperti curcol--curhat colongan. Hal yang lazim dilakukan para ababil--istilah ABG labil, ketika mereka berkumpul dengan rekan-rekan sebaya. Pada pertengahan topik yang mereka bahas, samar-samar terdengar isak tangis, dilanjutkan dengan nada-nada umpatan. Entah umpatan kepada apa dan siapa, saya kurang paham saat itu. Hingga beberapa saat berikutnya, saya mencoba mendekati mereka karena rasa penasaran saya sudah tidak tertahankan. Namun, pada saat didekati, mereka kemudian mengubah topik dan si teman yang tadi terdengar terisak, buru-buru mengubah raut wajahnya. Air mukanya masih terlihat muram, tetapi dipaksakannya untuk terlihat tegar. Saya coba masuk ke dalam pembicaraan mereka, kami akhirnya asyik membahas hal-hal terkait masa remaja dan gadget-gadget terkini yang mulai ngetren. Termasuk pula keinginan adik dan temannya ini yang ingin sekali menggunakan gadget Blackberry. Kebetulan di desa kami tinggal, Blackberry masih termasuk dalam kasta barang mewah. Sehingga membicarakan benda seperti itu, terlihat sangat tabu. Di sela-sela pembicaraan, saya sempatkan untuk wawancara terselubung. Berharap saya mendapatkan jawaban atas penasaran yang saya rasakan sejak awal. Namun, lagi-lagi saya menemui jalan buntu. Tidak ada informasi yang bisa saya korek secara sahih dari jawaban-jawaban sekenanya.

Hingga pada akhirnya, si teman tadi pamitan pulang. Maklum, jam malam (jam 9pm) sudah menjadi alarm alam di desa kami untuk anak gadis agar segera pulang ke rumah. Berselang 10 menit sepulangnya si teman. Adik saya akhirnya bercerita bahwa temannya tadi menangis tersedu-sedu karena diputusin oleh si pacar. Diputusinnya tidak tanggung-tanggung, namun sangat menyedihkan. Si teman tadi ditinggal kawin oleh teman prianya. Bisa dipastikan si pria ini hidung zebra atau hidung belang. Memacari anak orang sekian lama namun menikahi orang lain, bahkan tanpa permisi sebelumnya. Beberapa informasi yang saya dapat, si teman pria ini seorang abdi negara. Entah apa yang ada di benak si pria, sampai tega melakukan hal ini. Atau mungkin saja ini merupakan petunjuk bagi saya yang lajang ini untuk berfikir dua kali jika memiliki hubungan spesial dengan seseorang atau lebih. Agar tidak menyia-yiakan kepercayaan dan cinta yang telah diberikan. Putus cinta pastilah menyakitkan. Apalagi putus cinta karena ditinggal kawin. Pasti rasa sakitnya berkali-kali lipat. Serupa dengan Samsul Bahri atas Siti Nurbaya.

Tidak bisa dipungkiri, dan jamak terjadi hal-hal seperti ini di dalam percintaan. Apalagi di jaman antah berantah yang tidak jelas seperti sekarang ini. Di mana perselingkuhan, kawin-cerai sudah merupakan hal yang sangat populer di masyarakat. Urat malu sudah tidak lagi menjadi bagian dari sistem tubuh. Urat akal mungkin sudah bergeser ke bagian lain di tubuh. Sehingga logika, dan prinsip-prinsip penghargaan menjadi usang oleh keinginan-keinginan praktis yang hanya mementingkan kesenangan sesaat semata.

Salam, Selamat Malam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun