Menyaksikan euforia kebahagiaan masyarakat atas kemenangan tim kesayangan – seperti yang saya saksikan di Bandung hari ini – adalah sesuatu yang langka. Bagaimana tidak, telah tiga hari Bandung membiru, tua muda besar kecil, laki-laki dan perempuan tumpah ruah ke jalanan. Onde mande, kalau tidak melihat sendiri, rasanya ulit untuk saya percaya.
“Sekarang, telah menjadi lautan biru, mari bung rebut kembali....” terdengar sayup-sayup peserta konvoi bernyanyi -- yang menyanyikan lagu ‘Bandung Lautan Api’, namun mengubah kata ‘api’ menjadi ‘biru’.Bunyi klakson bersahut-sahutan, bendera biru berkibar, dan jalanan begitu padat.
“Jangan ada yang protes sama macetnya Bandung sekarang yah…ini pesta kami, kalau gak mau macet-macet lebih baik diam saja dirumah #PersibJuara,” cuit Reiza, netizen pendukung Persib.
Ketika Sepakbola Mempersatukan Kita
Ah, baru saja kita melewati Pilpres, yang efeknya masih tersisa hingga hari ini. Pertarungan antara Prabowo-Hatta melawan Jokowi-JK, telah sukses membagi Indonesia menjadi dua bagian, lengkap dengan fungsinya masing-masing. Ah sudahlah, saya tidak tertarik untuk membahas di sini, mengingat ini adalah tulisan pertama saya di Kompasiana. Lagipula, begitu banyak luka yang timbul akibat Pilpres.
Hanya saja, kemenangan Persib ini membuat saya menyadari satu hal. Bahwa ternyata, sepakbola mampu menyatukan hati warga Bandung. Saya yakin betul, pendukung Persib ini berasal dari para pendukung Jokowi, dan juga pendukung Prabowo. Mereka juga berasal dari berbagai macam agama, dan kini, mereka semua melebur menjadi satu, membiru.
Yah, ketika politik membuat kita terbelah, sepakbola membuat kita menyatu. Selamat untuk Bandung dan Persib.