Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Galungan dan Kuningan sebagai Tombak Bangkitnya Dharma

18 Juni 2022   22:08 Diperbarui: 18 Juni 2022   22:14 146 0
Rentetan perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan sebenarnya sudah dimulai pada rahina "Tumpek Pengatag" yaitu 25 hari sebelum hari raya galungan makna tumpek pengatag yakni persembahan kepada manifestasi tuhan sebagai dewa sangkara penguasa tumbuh-tumbuhan. masyarakat hindu di bali merayakan tumpek pengatag ini dengan cara menghaturkan sesajen bagi masyarakat yang punya tumbuh-tumbuhan misalnya kebun. seperti pohon kelapa, pohon pisang dan berbagai macam hasil bumi. disini umat hindu di bali memohon supaya 25 hari kedepan hasil bumi seperti buah-buahan berbuah matang dan melimpah untuk dijadikan sesajen yaitu banten. pada 6 hari sebelum hari raya galungan, umat hindu di bali merayakan hari "sugihan jawa" tepatnya weraspati wage sungsang sugian jawa ini berasal dari kata sugi yang artinya pembersihan dan jaba artinya makrokosmos jadi sugian jawa adalah pembersihan bhuana agung atau alam semesta. di sugian jawa ini umat hindu biasanya menghaturkan banten rake serta prayascita untuk membersihkan pelinggih-pelinggih serta sarana upakara yang dipergunakan untuk hari raya galungan nanti. pada 5 hari sebelum galungan biasa disebut dengan sugihan bali pada sugian bali ini umat hindu di bali merayakan sugian bali dengan cara melakukan penglukatan seperti ke pantai, sumber mata air suci seperti pura tirta empul dan menyucikan raga dan pikiran untuk menyambut hari raya galungan. sehari sebelum galungan masyarakat hindu di bali meyebutkannya dengan hari penampahan galungan, dimana hari ini pada saatnya memulai persiapan galungan dengan berbagai kegiatan seperti ngelawar, nampah, nyate, mebat, membuat penjor, dan juga memasang sarana wastra menghiasi pelinggih-pelinggih. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun