Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Ulangan Kenaikan Kelas Bersama oleh MKKS

7 April 2015   20:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:24 65 1
Terasa aneh saja di negeri ini ulangan kenaikan kelas bersama oleh MKKS menjelang akhir tahun pelajaran 2014/2015 di Kabupaten Badung. Kenyataannya sekolah ada yang masih menerapkan kurikulum KTSP 2006 dan  ada sekolah yang sudah menerapkan KTSP 2013 dalam satu kecamatan. Ini terus MKKS apa yang dijadikan acuan untuk pedoman penilaian. Apakah menggunakan pedoman penilai kurikulum 2013 atau pedoman penilaian kurikulum 2006? Pengalaman ulangan akhir semester dari tahun ke tahun sejak KTSP 2006 digunakan soal soal yang dibuat oleh guru guru kualitasnya sangat rendah ( tidak menggunakan pedoman penyusunan soal) apa lagi sekarang kurikulumnya berbeda, bertambah beratlah untuk mencapai tujuan pendidikan. Apakah dengan ulangan umum bersama mampu meningkatkan capaian kurikulum berbasis kompetensi?

Soal ulangan kenaikan kelas bersama dibuat oleh masing masing guru (dihimpun MKKS) diporsikan pembuatan soal mata pelajarannya diserahkan kepada guru sekolah masing masing yang tentu soal soal mata pelajaran yang dibuat berdasarkan penilaian kurikulum yang digunakan. Misalkan sekolah A pembuatan soal mapel menggunakan kurikulum 2013 dan sekolah B,C,D,E pembuatan soal oleh guru menggunakan kurikulum 2006. Jadi soal soal yang didistribusikan ke sekolah sekolah di wilayah kerja MKKS ada 2 versi kurikulum (2006 dan 2013)

Keterukuran hasil belajar

Dengan model soal tersebut di atas sebagai alat ukur tingkat keberhasilan belajar peserta didik tidak valid banyak yang tidak tuntas karena alat ukurnya tidak sesuai dengan topik dalam mapel yang telah diajarkan oleh masing masing guru sekolah yang menerapkan kurikulum berbeda. Jadi mubasirlah ulangan bersama sia sialah kerjaan guru masing masing sekolah yang melaksanakan ulangan kenaikan kelas bersama.

Pratik pratik seperti ini sudah membudaya apakah di biarkan berlanjut? sebagai pendidik rasa tidak akan tercipta pendidikan yang menyenangkan bagi peserta didik karena impiannya terampas oleh kebijakan yang tidak mendidik menumbuh kembangkan potensi yang dimilki oleh setiap anak bangsa terjebak dalam arus pembodohan oleh bangsanya sendiri. Waktu hanya mengerjakan soal soal untuk mendapatkan nilai kosong bukan peningkatan kompetensi kemandirian peserta didik meraih masa depan. Kebebasan anak terpasung oleh harapan orang tua untuk mengejar nilai





KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun