Soal ulangan kenaikan kelas bersama dibuat oleh masing masing guru (dihimpun MKKS) diporsikan pembuatan soal mata pelajarannya diserahkan kepada guru sekolah masing masing yang tentu soal soal mata pelajaran yang dibuat berdasarkan penilaian kurikulum yang digunakan. Misalkan sekolah A pembuatan soal mapel menggunakan kurikulum 2013 dan sekolah B,C,D,E pembuatan soal oleh guru menggunakan kurikulum 2006. Jadi soal soal yang didistribusikan ke sekolah sekolah di wilayah kerja MKKS ada 2 versi kurikulum (2006 dan 2013)
Keterukuran hasil belajar
Dengan model soal tersebut di atas sebagai alat ukur tingkat keberhasilan belajar peserta didik tidak valid banyak yang tidak tuntas karena alat ukurnya tidak sesuai dengan topik dalam mapel yang telah diajarkan oleh masing masing guru sekolah yang menerapkan kurikulum berbeda. Jadi mubasirlah ulangan bersama sia sialah kerjaan guru masing masing sekolah yang melaksanakan ulangan kenaikan kelas bersama.
Pratik pratik seperti ini sudah membudaya apakah di biarkan berlanjut? sebagai pendidik rasa tidak akan tercipta pendidikan yang menyenangkan bagi peserta didik karena impiannya terampas oleh kebijakan yang tidak mendidik menumbuh kembangkan potensi yang dimilki oleh setiap anak bangsa terjebak dalam arus pembodohan oleh bangsanya sendiri. Waktu hanya mengerjakan soal soal untuk mendapatkan nilai kosong bukan peningkatan kompetensi kemandirian peserta didik meraih masa depan. Kebebasan anak terpasung oleh harapan orang tua untuk mengejar nilai