Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Jadi Semua Salah Guru?

18 April 2013   19:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:59 288 0
Maaf sebelumnya, kalau tulisan saya terkesan agak emosional nantinya. Semua ini karena berawal dari sebuah temuan-temuan saya pribadi. Bukan sebuah penelitian empiris, sebab memang tidak ada data-data empiris. Jadi ini hanya pendapat pribadi. Yang setuju mari introspeksi bersama, yang tidak setuju saya tidak memaksa. ^^
Temuan pertama. Jadi ceritanya begini, kemarin malam saya nonton sebuah program, yang judulnya saya sensor..pokoknya isinya tentang monolog lawakan deh. Temanya tentang pendidikan. Lalu ada seorang pelawak kelas nasional yang mengatakan bahwa murid itu sebenarnya jauh lebih pintar dari guru. Dia bilang coba guru selalu bertanya kepada murid, dan harus bisa, lalu muridnya diminta mengerjakan soal, sementara gurunya tidak, diam saja. Lalu tugas guru kan membenarkan mengapa malah menyalahkan? Aah, pokoknya pencintraan guru dibuat dodol, kacau, berantakan, dan tidak manusiawi.
Temuan kedua. Mumpung masih anget tentang isu ujian nasional, maka saya angkat, plus untuk men-counter- isu-isu miring tentang guru/pengawas ujian. Sebab kemarin malam juga, di stasiun swasta nasional, menyinggung perihal ujian nasional. Dibahas tentang siswa yang bisa nyontek alias dapet bocoran. Lalu muncul peratanyaan, mana pengawasnya. Jadi intinya, tetap yang salah adalah guru. Saya boleh kasih alasan, mengapa pengawas selalu "kecolongan" sama siswa seperti itu? Begini ya:


  1. Asal tahu saja, pengawas silang sebelum mengawas sudah dikumpulkan, diberi pengarahan oleh sekolah-sekolah yang akan diawas ujiannya. Mereka diberitahu bahwa pengawas tidak boleh mengganggu psikologis siswa. Peraturannya, pengawas tidak diperkenankan mondar-mandir alias jalan-jalan ke meja-meja siswa. Pengawas duduk manis saja di bangku yang telah disediakan oleh panitia ujian nasional di sekolah setempat. Itu sama artinya dengan ruang gerak pengawas dibatasi, silakan berpikir sendiri kalau sudah begitu.
  2. Pengawas diberikan kewajiban administratif yang tidak sedikit. Menuliskan nama siswa sebanyak tiga rangkap (satu kelas ssiwa berjumlah 20), lalu mengisi berita acara yang juga tiga rangkap, mengisi pakta integritas dua rangkap, dan mengedarkan presensi siswa.Itu semua atas instruksi lembaga pendidikan tingkat tinggi. Nah, kalau tugas pengawas banyak seperti itu, maka konsentrasi pengawas akan terbagi bukan? lalu apa yang akan terjadi saat pengawas sedang sibuk menulis tugas administratif seperti? bukankah itu sebuah kesempatan bagi siswa untuk melakukan aksinya.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun