Saat kita JATUH CINTA kadang kita tak punya pilihan selain terus JATUH...
Belum banyak, bahkan hampir tidak ada sebuah film yang mengangkat kisah tentang hijabers sebelumnya. Dan film Hijabers In Love ini mungkin saja menjadi film pertama yang membahas tentang remaja Indonesia berhijab. Hal tersebut jugalah yang melandasi sang Produser Ichwan Persada, yang pernah memproduseri film La Tahzan (2013), akhirnya mengagas Hijabers In Love.
Kreatifitas menjadi penting untuk menemukan cerita yang bisa diapresiasi dengan baik oleh masyarakat. Hal ini disadari betul oleh produser film Ichwan Persada. “Saat ini tak mudah membuat penonton tertarik menyaksikan film yang kita produksi dengan susah payah. Perlu extra effort untuk membuat mereka berduyun-duyun ke bioskop dan akhirnya mengajak teman mereka menyaksikannya. Setidaknya ada 2 kunci atas hal tersebut : cerita yang menarik dan promosi yang baik,“ jelas Ichwan Persada.
“Salah satu kebiasaan saya adalah ke toko buku. Suatu ketika saya melihat cukup banyak buku tentang hijabers yang terpajang disana. Dan memunculkan ide untuk membuat film tentang mereka. Bukan sekedar menjadikan keberadaan mereka sekedar sebagai pemanis cerita, tapi menjadikan hijabers sebagai penggerak utama cerita. Dan saya berpikir lagi, “apa yang terjadi jika seorang remaja yang baru pertama kali berhijab dan untuk pertama kalinya jatuh cinta? Kira-kira bagaimana mereka menyikapinya?” Saya mencoba mengolah ide ini dan akhirnya menulis cerita berjudul Hijabers In Love dan merasa bahwa cerita ini potensial untuk diangkat ke film,“ tambahnya lagi.
Setelah sekian lama bergelut dengan proses kreatif serta beberapa kali menawarkannya ke rumah produksi, ide tersebut pun disambut oleh Firman Baso, salah seorang pegiat komunikasi yang belakangan aktif mengagas acara yang bertema film Indonesia. Ichwan Persada merasa harus bermitra dengan seseorang yang paham dengan kesungguhan akan bagaimana cerita ini harus dieksekusi.
Firman Baso sendiri mengakui bahwa film Hijabers In Love memiliki keunikan dan kekuatan cerita yang memiliki nilai potensial untuk dapat diminati oleh masyarakat. "“Sebagai pegiat komunikasi, tentu saja saya pun akhirnya mencari tahu bagaimana perkembangan film Indonesia. Dan pada akhirnya saya berkesimpulan bisa jadi tahun ini adalah tahun yang tepat film ini dibuat dan saya masuk ke dunia produksi film melalui Hijabers In Love, “ ujarnya yang dalam hal ini bertindak sebagai Produser Eksekutif.
Hijabers In Love juga turut melibatkan Ario Rubbik [Satu Jam Saja] sebagai Sutradara dan Oka Aurora [Love is You, 12 Menit] sebagai Penulis Skenario. Saat ini proses riset dan pengembangan cerita/ penulisan skenario tengah dilakukan demi mengejar target produksi pada semester pertama tahun ini.
Kita tunggu saja bagaimana kelanjutan proses film yang digadang-gadang akan meraih perolehan jumlah penonton yang tidak sedikit ini. Semoga.