Layar lebar kembali merayuku saat aku terduduk gelisah dalam suatu angan yang entah sampai kapan berakhir. Terantuk akan dusta yang baru saja aku sampaikan tadi terhadap sosok yang tak asing lagi bagiku. Raga ini kembali tak menyatu, seperti ada tetesan-tetesan perih penuh sesal yg keluar dari tubuh ini. Bagaikan badai yang siap untuk menerpa dunia saat jiwa tak merasa duka. Aku kembali menatap jarum jam yang tepat berada di depan mataku saat itu. Ketika kaki ku selancaran ke depan dan kepalaku masih santai terpaku di atas meja kesayanganku. Seolah mencari sesuatu yang tak ada wujud dalam diam. Yang ada kini hanyalah angan semua tentang kelabu.