Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam membentuk kepribadian serta perkembangan anak. Ketika anak tumbuh dalam keluarga yang harmonis, mereka biasanya mendapatkan dukungan emosional, sosial, dan pendidikan yang lebih stabil. Namun, pada anak-anak yang mengalami kondisi *broken home*, di mana orang tua bercerai atau tidak tinggal bersama, lingkungan yang penuh tekanan dan ketidakstabilan emosional dapat berpengaruh besar, termasuk pada perkembangan kognitif mereka.
Anak-anak dari keluarga *broken home* sering kali membawa permasalahan rumah ke dalam aktivitas sehari-hari mereka, termasuk di sekolah. Ketidakpastian, kekhawatiran, atau stres akibat situasi keluarga dapat mengganggu konsentrasi mereka di kelas. Anak mungkin menjadi lebih mudah terganggu dan mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian pada pelajaran, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kemampuan mereka untuk menyerap materi. Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak utuh sering kali mengalami penurunan prestasi akademik dibandingkan anak-anak yang hidup dalam keluarga yang stabil. Faktor-faktor seperti kurangnya dukungan emosional, stres, dan berkurangnya bimbingan dalam belajar dapat membuat anak kurang termotivasi atau merasa kesulitan untuk memenuhi tuntutan akademik.