Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi Pilihan

Ironi Tragedi Charlie Hebdo vs Tragedi Chapel Hill Dalam Sorotan Media Massa Barat

4 Maret 2015   17:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:11 120 1


Para jurnalis Charlie Hebdo yang menganggap perbuatan menggambar nabi Muhammad tidak salah karena mereka adalah bagian dari masyarakat negara demokrasi Perancis dan bukan bagaian dari Islam yang memang melarang adanya gambar nabi Muhammad. Menurut akal sehat dan keadilan sekalipun hal itu tidak dapat diterima. Bagaimana mungkin pihak-pihak media massa internasional sekelas British Broadcasting Corporation (BBC) atau Cable News Network (CNN) tidak mengecam tindakan majalah Charlie Hebdo, pemberitaan yang dilakukan media-media masa internasional Barat lebih menyoroti tindakan penembakan, bahkan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, mendukung penuh penerbitan kembali majalah Charlie Hebdo seusai tragedi penembakan dengan tetap menghadirkan wajah nabi Muhammad. Dan beberapa media massa Barat lainnya ada yang ikut mempublikasikan halaman-halaman kontroversional majalah Charlie Hebdo.

Kebebasan berbicara dalam media massa sesungguhnya telah diatur oleh pihak elit. Kebebasan media massa akan bersikap lebih tertutup karena adanya kendali dan menyangkut kepentingan pihak-pihak tertentu, baik kepentingan ideologis maupun pragmatis. Bentuk tertutup media massa segera terlihat dari peristiwa tragedi Chapel Hill, penembakan atas tiga orang mahasiswa muslim di Amerika Serikat. Pada tragedi Charlie Hebdo, media massa dalam hitungan jam setelah tragedi terjadi langsung menyebarkan berita tentang tragedi tersebut secara terus-menerus dengan hanya menyoroti dan memojokan pihak penembak para jurnalis, media massa Barat bahkan tidak terlalu menyoroti dan tidak terlalu mempermasalahkan penggambaran nabi Muhammad. Namun pada tragedi Chapel Hill respon media massa Barat sangat lambat, bahkan kalau ada pemberitaan mengenai tragedi Chapel Hill itu hanya sebatas beberapa garis saja. Berbeda dengan tragedi Charlie Hebdo yang menjadi headline atau topik utama selama dua pekan. Respon-respon yang diberikan oleh pemimpin-pemimpin negara Barat hanya dari pihak presiden Amerika Serikat saja, itupun tiga hari setelah tragedi Chapel Hill, saat tragedi Charlie Hebdo dalam hitungan jam presiden negara-negara Eropa dan Amerika serta Sekjen PBB langsung mengumumkan kecaman mereka terhadap tragedi Charlie Hebdo. Namun, media massa Indonesia yang memang penduduknya mayoritas muslim tidaklah menutupi realitas yang terjadi, bahwa warga Amerika Serikat juga turut berduka atas tragedi yang menimpa tiga pelajar muslim, seperti yang diberitakan oleh Media Indonesia, media massa Barat pasti tidak akan mau atau hanya sekedar mengangkat realitas tersebut kedalam beritanya seperti yang dilakukan media non- Barat.

Ironi memang terjadi dalam sebuah kebebasan berbicara yang dalam hal ini bentuk tindakan media massa. Kekerasan terhadap kelompok masyarakat yahudi, akan segera dikaitkan dengan tindakan anti semit oleh media massa. Tetapi kekerasan atau pembunuhan terhadap masyarakat muslim hanya sepintas lalu, bahkan cenderung tidak dihiraukan. Corak yang di beritakan oleh media massa Barat tentang Islam cenderung erat kaitannya dengan tindakan terorisme semata. Hal itu sudah terbukti dari dua peristiwa tragedi yang terjadi, Charlie Hebdo dan Chapel Hill. Kebebasan berbicara seharusnya tidak saja menjaga toleransi tetapi juga keadilan. Karena terjaganya toleransi sejalan dengan terlaksananya perdamaian masyarakat, dengan hal itu maka tidak ada penyalahgunaan kebebasan dan tidak akan hilang esensi sejati dari suatu bentuk kebebasan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun