Prof Dr Asep Saefuddin, pakar pendidikan asal Indonesia, berkomentar bahwa "pendidikan di era disruptif ini harus mampu mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran guna mempersiapkan siswa menghadapi kesulitan di masa depan."
Era disrupsi mendorong kita untuk berpikir cepat dan berorientasi pada target. Dari yang awalnya menggunakan pendekatan manual, kini beralih ke sistem komputer. Jadi sistem sekolah harus menyesuaikan diri secara efisien terhadap kemajuan baru. Perkembangan di bidang pendidikan dapat kita saksikan karena banyak pendekatan pembelajaran baru yang memanfaatkan media digital, seperti penggunaan video pembelajaran, e-learning, website sekolah, aplikasi pembelajaran terpusat. Kepemimpinan dalam konteks pendidikan dapat dipandang sebagai amanah yang diberikan oleh Tuhan. Dalam banyak tradisi agama, pemimpin diharapkan untuk memimpin dengan integritas, keadilan, dan kasih sayang. Prinsip-prinsip ini dapat diterapkan dalam kepemimpinan kepala sekolah, di mana mereka tidak hanya bertanggung jawab untuk mengelola sekolah, tetapi juga untuk membimbing siswa dan staf dengan nilai-nilai moral yang baik.
Era disrupsi merupakan era dimana terjadi perubahan dan banyak terobosan baik sistem maupun aplikasi. Salah satu ciri era disrupsi adalah adanya transaksi tanpa tatap muka langsung digantikan oleh media online. Termasuk disrupsi dalam bidang pendidikan, khususnya proses pembelajaran tidak memerlukan tatap muka, namun dapat dilakukan melalui media online.
Kepemimpinan mempunyai peranan yang sangat menonjol dalam mencapai keberhasilan dalam memenuhi visi, misi dan tujuan organisasi. Perkembangan pendidikan di era digital menempatkan pengajar di tengah perubahan signifikan dalam posisinya dalam proses pembelajaran. Secara tradisional, guru mempunyai fungsi sebagai pemandu utama pengetahuan, namun dengan hadirnya teknologi digital, pekerjaan ini mengalami transisi mendasar.