Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

legenda kerajaan koto besar

18 Desember 2024   22:51 Diperbarui: 18 Desember 2024   22:50 12 0
Legenda berdirinya kerajaan koto besar
oleh : Putri cillia rahmadini
 
       Dharmasraya adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Berdiri sebagai kabupaten sejak tahun 2004, Dharmasraya merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung. Secara geografis, kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jambi di sebelah timur, menjadikannya sebagai salah satu jalur penting yang menghubungkan Sumatera Barat dengan provinsi lain di Pulau Sumatera.
Kabupaten Dharmasraya memiliki luas sekitar 2.961,13 kilometer persegi dan terbagi menjadi 11 kecamatan. Ibu kota kabupaten ini adalah Pulau Punjung. Sebagian besar wilayahnya terdiri dari dataran rendah dan perbukitan, menjadikannya cocok untuk sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Potensi utama di Dharmasraya adalah perkebunan kelapa sawit dan karet, yang menjadi pilar ekonomi utama masyarakat.
      Dari sisi sejarah, Dharmasraya memiliki nilai historis yang tinggi karena pernah menjadi bagian dari kerajaan Melayu kuno. Beberapa situs arkeologi di daerah ini, seperti prasasti dan candi, menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki peran penting dalam perkembangan kebudayaan dan agama Hindu-Buddha di masa lampau.
Budaya lokal Dharmasraya juga sangat kaya, mencakup tradisi Minangkabau dan pengaruh Melayu. Acara adat dan upacara tradisional masih sering dilaksanakan oleh masyarakat setempat, mencerminkan kebanggaan mereka terhadap warisan budaya yang ada. Dharmasraya kini terus berkembang dalam sektor ekonomi, infrastruktur, dan pariwisata.
Tak hanya itu Dharmasraya terkenal juga dengan peninggalan sejarah yakni kerajaan koto besar yang merupakan bagian dari kerajaan pagaruyung, nah dari sejarah yang ada ini dapat diambil salah satu contoh foklor berupa legenda berdirinya kerajaan koto besar di Dharmasraya .
      Berdirinya kerajaan Koto Besar didahului peristiwa sumpah terlarang. Ketika adik dari Raja Pagaruyung kala itu, Sutan Sari Alam Yang Dipertuan Jati, Puti Reno Langguak, mengalami penyakit kusta. Tak ingin menular ke anggota kerajaan lain, maka Puti Reno Langguak diasingkan ke tepian sungai Lubuak Tajunjuang, tak jauh dari istana Kerajaan Pagaruyung. Awal pengasingan, katanya, dia diperhatikan pihak kerajaan dengan membesuk setiap saat. Namun, lambat laun, intensitas kunjungan semakin menurun.Lama kelamaan, Puti semakin merasakan kurangnya simpati dari anggota keluarga. Pada akhirnya, Merasa tersisih Puti Reno Langguak meninggalkan tempat pengasingan dan berjalan kaki menelusuri nagari-nagari, dengan tujuan yang belum jelas. Kepergian Puti Reno Langguak didampingi langsung oleh empat penghulu internal Kerajaan Pagaruyung, yakni Datuak Rajo Lelo, Datuak Rajo Sailan, Datuak Sampono, dan Datuak Rajo Mangkuto Alam.
       Dalam perjalanannya, Puti banyak singgah di nagari-nagari yang dilewati. Setiap persinggahan, dia selalu ditanya dari mana asalnya oleh penduduk setempat. Puti mengatakan ia berasal dari keluarga Kerajaan Pagaruyung. Mendengar hal itu, banyak yang berempati, lalu mengikuti dia ke mana pun melangkah, Setelah cukup banyak pengikut, akhirnya rombongan Puti berhenti di sekitar Nagari Koto Besar sekarang. Di sana mereka manaruko, membuka kampung, untuk menjadikan permukiman tetap. Lambat laun mereka berkembang biak, dan seiring itu pula penyakit kusta Puti berangsur pulih. Lalu didirikanlah kerajaan di Koto Besar. Setelah mendirikan kerajaan, Puti pun langsung memegang takhta. Tidak hanya itu, kerajaan tersebut mendapat pengakuan dari kerajaan- kerajaan sekitar. Keberadaan kerajaan ini tercium bagi Pagaruyung.
 
      Mengetahui Puti telah sehat dan juga sudah mendirikan kerajaan mendatangi Koto Besar untuk mengajak Puti untuk pulang ke Pagaruyung.Namun Puti tidak mau pulang. Meski terus dibujuk, Puti tetap tak mau pulang. Lantaran habis kesabaran, tukas Dalpewan, Tuanku Sari Alam mengeluarkan sumpah, jika pihak Puti hingga keturunannya yang perempuan mengunjungi Pagaruyung, maka akan mengalami sakit perut yang berujung kematian. Mendapat sumpah itu, sambung Dalpewan, Puti membalas dengan isi sumpah yang nyaris sama. Dia membaca panji sumpah, kalau pihak Raja hingga keturunannya yang laki-laki mengunjungi Koto Besar juga akan mati dengan diawali sakit perut. Sumpah itu disaksikan oleh 4 datuak.Persumpahan tersebut, diaksikan urang tuo datuak 16 dari Kerajaan Koto Besar pada kala itu.
    Dari segi sejarah disebutkan bahwa daerah ini pada masa-masa Kerajaan Pagaruyung awal masih merupakan hutan belantara dan belum ada manusia yang tinggal di situ. Kemudian salah seorang tokoh kerajaan Pagaruyung karena sesuatu hal meninggalkan kerajaan dan berkelana sampai ke daerah Koto Besar ini. Tokoh tersebut bernama Puti Langguk dan di daerah yang semula hutan itu didirikanlah sebuah rumah, dan Puti Langguklah yang pertama kali menempati rumah tersebut. Setelah itu lama kelamaan penduduk daerah ini semakin banyak dan pada akhirnya berdirilah Kerajaan Koto Besar.
 
Sumber referensi :
 
http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=44228
https://web.archive.org/web/20200619022425/https://minangkabaunews.com/artikel-8720-inilah-sejarah-kerajaan-pagaruyuang-yang-belum-kamu-ketahui.html
http://dharmasrayakab.go.id/profil/

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

4 bulan yang lalu
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun