Selain itu, realisme berpendapat kalau negara-negara akan selalu berusaha untuk memaksimalkan kekuasaan mereka relatif terhadap negara lain. Dalam hal ini, Israel mungkin melihat tindakan militernya di Gaza sebagai cara untuk menunjukkan kekuatan dan deterensi terhadap musuh-musuhnya, baik di dalam maupun di luar kawasan. Realisme juga mengakui bahwa moralitas sering kali dikesampingkan dalam politik internasional, di mana keputusan diambil berdasarkan kalkulasi kekuasaan dan kepentingan nasional. Oleh karena itu, meskipun tindakan Israel di Gaza mungkin dianggap tidak bermoral oleh banyak pihak, dari sudut pandang realisme, tindakan tersebut dapat dibenarkan jika dianggap perlu untuk melindungi kepentingan nasional Israel.
Dukungan yang diterima Israel dari negara-negara kuat seperti Amerika Serikat bisa dilihat sebagai bagian dari strategi untuk mempertahankan keseimbangan kekuasaan di Timur Tengah. Tindakan Israel di Gaza tidak hanya dipengaruhi oleh dinamika internal tetapi juga oleh hubungan kekuasaan global. Dalam pandangan realisme, konflik di Gaza adalah cerminan dari persaingan kekuasaan yang lebih luas di antara negara-negara, di mana setiap negara berusaha untuk mengamankan posisinya dalam sistem internasional yang anarkis dan kompetitif.
Perspektif ini juga menekankan bahwa negara-negara besar sering kali menggunakan konflik regional sebagai alat untuk memperkuat posisi mereka di panggung internasional. Dalam kasus Gaza, Amerika Serikat dan sekutunya mungkin melihat dukungan mereka terhadap Israel sebagai cara untuk mempertahankan pengaruh mereka di Timur Tengah dan mencegah dominasi oleh kekuatan lain seperti Iran atau Rusia. Ini menunjukkan bagaimana konflik lokal dapat memiliki implikasi global yang lebih luas, di mana negara-negara besar berusaha untuk memanfaatkan situasi demi keuntungan strategis mereka.
Selain itu, realisme juga mengakui bahwa konflik sering kali tidak dapat dihindari dalam sistem internasional yang anarkis. Dalam konteks ini, tindakan Israel di Gaza dapat dilihat sebagai bagian dari siklus kekerasan yang terus berulang, di mana setiap pihak berusaha untuk mempertahankan atau meningkatkan posisinya melalui kekuatan militer. Realisme juga menekankan bahwa perdamaian hanya dapat dicapai melalui keseimbangan kekuasaan, di mana tidak ada satu negara pun yang memiliki dominasi absolut. Oleh karena itu, meskipun tindakan Israel di Gaza mungkin tampak brutal, dari perspektif realisme, tindakan tersebut dapat dilihat sebagai upaya untuk mencapai keseimbangan kekuasaan yang lebih stabil di kawasan tersebut.
Secara keseluruhan, analisis realisme terhadap isu genosida di Gaza menyoroti bagaimana kepentingan nasional, kekuasaan, dan keamanan memainkan peran kunci dalam menentukan tindakan negara. Meskipun pendekatan ini mungkin tampak sinis atau tidak bermoral, realisme menawarkan kerangka kerja yang berguna untuk memahami dinamika kekuasaan dan konflik dalam hubungan internasional. Dengan demikian, isu genosida di Gaza dapat dilihat sebagai cerminan dari persaingan kekuasaan yang lebih luas di antara negara-negara, di mana setiap negara berusaha untuk mengamankan posisinya dalam sistem internasional yang anarkis dan kompetitif.