Selain itu, adanya tekanan sosial yang datang dari media sosial dapat memperburuk masalah mental remaja. Misalnya, banyak remaja yang merasa harus selalu tampil sempurna atau memenuhi ekspektasi tertentu, baik dalam penampilan maupun dalam gaya hidup. Fenomena seperti "FOMO" (fear of missing out) juga semakin populer di kalangan remaja, di mana mereka merasa terisolasi atau terpinggirkan jika tidak ikut dalam tren atau tidak diperhatikan di dunia maya.
Selain itu, cyberbullying menjadi masalah yang semakin mengkhawatirkan. Media sosial memberikan platform bagi individu untuk menyebarkan ujaran kebencian atau melakukan perundungan secara anonim, yang dapat merusak harga diri dan kesehatan mental korban. Banyak remaja yang merasa tertekan atau bahkan cemas akibat komentar negatif yang mereka terima secara daring.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa media sosial juga memiliki sisi positif, seperti memberikan ruang bagi remaja untuk mengekspresikan diri, menemukan dukungan sosial, dan memperluas wawasan. Beberapa platform juga bisa menjadi sumber edukasi yang berguna, serta membantu mereka merasa lebih terhubung dengan orang lain, terutama bagi mereka yang mungkin merasa terasing dalam kehidupan nyata.
Penting untuk diingat bahwa dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja sangat bergantung pada cara mereka menggunakannya. Oleh karena itu, pendidikan dan kesadaran mengenai penggunaan media sosial yang sehat dan bijaksana sangat penting. Orang tua dan pendidik perlu terlibat dalam membimbing remaja agar bisa mengelola penggunaan media sosial dengan lebih baik, menghindari dampak negatif, dan memperkuat ketahanan mental mereka di dunia maya.