Sebelumnya, harga kedelai impor antara kisaran Rp.12.300 hingga Rp.12.700 per kilogram. Namun kini harganya melonjak menjadi Rp.13.700 per kilogram, per satu karung ukuran 50 kilogram saat ini harganya naik, semula Rp.585.000 ribu sekarang menjadi Rp.685.000 ribu, naik Rp.100 ribu dari harga sebelumnya.
Seorang perajin bernama Asih umur 30 tahun, mencetak tempe sesuai dengan bentuk cetakannya di sentra pembuatan tempe di Desa Waruroyom, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu (21/12/2022).
Menurut Ibu Asih pemasok kedelai impor di kawasan Sentra Industri Tempe Cirebon Jawa Barat, harga kedelai impor mulai naik perlahan sebelum adanya kenaikan harga BBM. Setelah kenaikan harga BBM, harga kedelai import terus naik. Kenaikan harga kedelai impor ini sangat berdampak bagi perajin tempe. Agar bisa tetap berproduksi, para perajin tempe memilih untuk mengurangi keuntungan. Ibu Asih salah satu perajin tempe mengaku, dengan mengurangi ukuran atau menaikkan harga jual tidak dilakukan karena khawatir akan ditinggal konsumen. "keuntungan kita berkurang drastis, tapi tidak apa-apa yang penting bisa bertahan saja," kata Ibu Asih
Ibu Asih menjelaskan, dari sekitar 150 orang perajin, sekitar 30 perajin atau 20 persennya telah berhenti produksi untuk sementara waktu. Para perajin tersebut kebanyakan berskala kecil dengan kebutuhan kedelai impor sekitar 10 kg-20 kg per hari. Kenaikan harga kedelai impor yang terus berubah relatif cepat menyebabkan mereka tidak mampu membeli kedelai yang harganya semakin naik.
”Semula mereka membeli kedelai dengan harga yang relatif masih terjangkau. Namun, setelah mereka mendapatkan penghasilan dari tempe atau tahu yang terjual, pendapatan itu tidak mampu menjangkau lagi harga kedelai yang semakin melonjak,” kata Asih
Melonjaknya harga kedelai impor punya ancaman besar terhadap pedagang, jika tidak ada solusi segera.
Jika harga kedelai tidak kembali normal dalam jangka waktu yang panjang, perajin tempe khawatir akan gulung tikar.