Langkahku terhenti di depan gedung itu. Sebuah gedung di tengah kota yang menjulang tinggi menunjukkan kemewahannya. Aku memandang gedung tersebut hingga puncaknya. Entah mengapa takdir harus membawaku kembali ke tempat ini. Memoriku terbawa kembali kepada masa itu. Bayangan hitam putih terus berputar membuka kembali duka yang telah lama kusembunyikan dan kupendam sendiri. Kendaraan bermotor lalu lalang di belakangku, aku tidak peduli para satpam gedung yang melihatku dengan tatapan curiga atau sekelompok orang yang lewat sambil berbisik dan memandangku sinis. Aku hanya mengenang perjuangan yang pernah kulewati, dan gedung bertingkat 27 ini menjadi saksinya. Tanpa sadar, aku menitikkan air mata.
KEMBALI KE ARTIKEL