Filsafat tersebut terkesan sederhana namun memiliki makna yang sangat dalam. Berbicara pada ranah keagamaan, manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, manusia memiliki akal dan perasaan. Manusia memiliki kendali atas dirinya sendiri. Manusia memiliki kemampuan untuk menentukan baik atau buruk sesuai versinya sendiri. Lalu bagaimana manusia dapat dikatakan sudah memanusiakan manusia lainnya?
Hakikatnya manusia adalah makhluk yang tidak dapat untuk bertahan hidup sendirian. Semandiri apapun seorang manusia pasti tetap membutuhkan makhluk hidup lain untuk membantunya bertahan hidup. Manusia dapat dikatakan manusia apabila sudah mampu memanusiakan manusia lain. Menjadi manusia bukanlah sebuah hasil melainkan sebuah proses dari kehidupan.
Menjadi manusia tidak harus selalu terlihat sempurna. Bahkan ketidaksempurnaan-pun juga masih dianggap menjadi manusia. Menjadi manusia tidak melulu tentang kebahagiaan. Bahkan kesedihan-pun juga masih bagian dari manusia. Menjadi manusia tidak terikat dengan kondisi baik-baik saja. Bahkan saat tidak baik-baik saja-pun akan tetap disebut manusia.
Manusia perlu kesedihan, kekecewaan, keputusasaan, kerumitan, dan hal-hal menyakitkan lainnya karena hal itu akan membantu proses pendewasaan. Bersedih dan air mata bukan sebuah kejahatan, tangisan juga masih termasuk dari bagian manusia. Bahkan jika kamu sedang tidak baik-baik saja. Yasudah tidak apa-apa. Hidup memang tidak selalu baik-baik saja. Manusia perlu untuk tidak baik-baik saja.