Pada saat itu aku sedang menjalani kegiatan Perkenalan Budaya Akademik Kampus dan Kemahasiswaan (PBAK), di sana aku bertemu banyak orang memakai bahasa jawa yang ku ketahui itu adalah bilangan hitungan dan beberapa kosa kata saja.
Ketika para mahasiswa baru dikumpulkan pada gedung Multi Purpose (MP). MC mengatakan yang memakai slayer hijau di tangan kanannya maju kedepan, lalu orang-orang berbicara:
"Opo ki?"
"Iku,, loro-loro."
Aku bingung sekali, yang ku tau loro itu artinya dua, aku memberanikan diri untuk bertanya kepada mereka:
"Hah, itu yang maju disuruh dua-dua?"
Orang-orang di sana menertawakan ku dan membalas pertanyaan ku:
"Loro itu artine sakit"
Oalahh,, di situlah aku baru mengerti arti loro, loro yang bermakna ganda, bisa berarti dua atau sakit.
Pada beberapa bulan kemudian
Aku yang berstatus kuliah di Jogja sambil kerja casual biasanya aku datang ke tempat kerja berdua bersama temanku, pada momen ini memang aku datang sendirian, lalu ditanya --biasa basa basi -- oleh teman kerjaku di sana yang bisa bahasa jawa:
"Lohh,, kamu sendirian aja datang" dengan logat medoknya, aku memberanikan diri untuk membalas dengan bahasa jawa
"Iyo mas, temen ku loro" dengan PDnya aku membalas, tapi teman kerjaku merespon berbeda
"Kamu datang berdua mas? Yang satu ngendi?"wehh,, aku aku kaget padahal aku ngomong loro (sakit) buka loro (berdua)
"Ehh,, temenku lagi sakit mas"
"Oalahhh"
Lalu aku diberi tau kalo loro (sakit) dan loro (dua) itu pengucapannya berbeda, loro yang cenderung "O"nya bulat itu artinya "sakit" tapi kalo loro yang "O"nya agak tebel itu artinya "dua".