Setiap Muharram aku selalu teringat, begitu pula Muharram kali ini, saat jalan-jalan setapak ini mulai basah dijatuhi ribuan jarum lembut dari langit. Mungkin pekan-pekan ini langit terlalu cengeng, sehingga terlihat terus-menerus menangis yang berakibat menyisakan setumpuk pakaian kotor diember biruku. Muharram tahun keempat sejak mengenalmu masih seperti tahun-tahun yang sudah lalu, bagaikan ritual gerimis sepanjang tahun. Hujan.
KEMBALI KE ARTIKEL