Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Puisi: Sebenarnya Aku

6 Agustus 2022   09:57 Diperbarui: 7 Agustus 2022   21:23 288 20
Sebenarnya sudah sejak lama aku berhenti berpuisi. Matamu yang nanar membelah lautan dangkal yang tidak mampu kuselami menjadi sedih sedan itu.

Ada banyak bahkan ketika kau tidak di sini, anjing anjing itu bergerumul, bodoh, dan kalut. Mereka tidak seperti Ahmad Karaeng yang ditulis Darwis, hidup dalam balutan gincu Agama yang mudah luntur.

Lalu kemudian tiada malam yang habis, kota yang tidak pernah mati membawa kita pada hal yang tidak pasti. Dulu, aku menulis begitu dalam dan kuselipkan namamu di halaman belakang.

Tapi kini, kita terjebak pada keinginan dunia yang terus membuat kita bertanya tanya. Kadang kita harus mengakhiri hidup dengan setenggak racun, atau menutup malam dengan sepenggal lagu dari Ardhito.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun