Pada kesempatan tersebut, ia pun menyebut pompanisasi ini merupakan solusi cepat dan tepat dalam menangani El Nino yang memiliki dampak signifikan bagi sektor pertanian. Dampak besar yang jelas terlihat adalah penurunan produksi pangan, terutama beras, secara nasional pada 2023. Menurutnya, pompanisasi akan memberi dampak positif dalam memenuhi target produksi untuk kebutuhan pangan nasional tahun ini.
"Pompa ini solusi cepat untuk menangani El Nino, karena pompa ini bisa membantu petani menanam dan berproduksi secara cepat dan maksimal, kalau kita bangun sawah baru itu butuh satu, dua bahkan tiga tahun, tapi kalau pompanisasi ini bisa meningkatkan produksi secara cepat,"
Menteri Pertanian menambahkan, sebagai salah satu daerah lumbung pangan nasional, Provinsi Jawa Timur memiliki kurang lebih 380.000 hektar lahan tadah hujan. Ia pun optimis jika sistem pompanisasi mampu memaksimalkan penanaman di lahan ini, maka dapat menutupi 50 persen kebutuhan beras nasional yang beberapa tahun belakangan ini dipenuhi dari impor.
"Ini kita pasang pompa, sehingga yang tadinya tanam satu kali bisa jadi tiga kali, artinya kita bisa capai nanti, dari Jawa Timur saja target kenaikan mencapai 2.000.000 ton minimal 1.000.000 ton itu bisa menutupi 50 persen impor kita hanya dari satu provinsi," sebut dia.
Sebagai informasi, Kementerian Pertanian telah mengalokasikan 3700 unit pompa air yang akan disebar ke 21 Kabupaten dan Kota di Jatim. Bantuan pompa itu senilai Rp113,9 Milyar, dengan cakupan area yang diairi diperkirakan seluas 60.165 hektare.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh berbagai pihak antara lain (PJ. Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, A.Ks., M.A.P), Pangdam V/Brawijaya (Mayjen TNI Rafael Granada Baay, SE.MM), Wakapolda Jawa Timur, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Kepala Dinas Pertanian dari seluruh Kabupaten di Jawa Timur, serta Kepala UPT Kementan di Jawa Timur termasuk Kepala Balai Besar Veteriner Farma Pusvetma, drh. Edy Budi Susila, M.Si.