Akhirnya susi pun menyampaikan keinginan orang tuanya kepada teman saya (sebut saja namanya "edo"). Edo yang saat itu masih kuliah di semester 3 merasa bingung dan tidak tau harus berbuat apa untuk menanggapi keinginan orang tua susi. Ditambah lagi ada sedikit ancaman dari orang tua susi yang mengatakan kepada susi "kalau kamu tidak segera mencari calon suami yang mampu menikahimu, nanti kami yang akan mencarikannya untukmu".
Entah apa latar belakang orang tua susi menyuruh susi untuk segera menikah, tapi menurut dugaan saya mungkin salah satu faktornya adalah ekonomi.
Karena alasan masih kuliah dan belum mempunyai pekerjaan untuk membiayai calon istri, akhirnya si edo pun ngomong ke susi kalau dia  belum sanggup untuk menikahinya. Dan susi segera menyampaikan perkataan edo kepada kedua orang tuanya.
Kira-kira berselang satu bulan, sambil meminta maaf susi memberikan kabar ke edo bahwa dia sudah dicarikan tunangan (pilihan kedua orang tuanya) dan dalam waktu dekat akan segera menikah. Edo pun menerima keputusan susi dan kedua orang tua susi.
Walaupun edo sudah menerima keputusan orang tua susi bahwau susi akan segera menikah dan menjadi milik orang lain, namun dia susah melupakan kenangannya selama empat tahun bersama susi. Ditambah mereka punya keinginan kalau akan melepaskan keperjakaan dan keperawanan saat mereka sudah nikah nanti. Oleh karena itu selama pacaran mereka saling menjaga agar keinginan mereka tercapai.
Hari ini teman saya edo pergi ke suatu kota untuk menghadiri acara pernikahan mantan pacarnya itu. Dan apa yang mereka cita-citakan kini telah sirna. Namun saya salut pada edo saat dia mengatakan "saya menjaga keperjakaan saya saat ini bukan untuk orang lain, melainkan untuk diriku sendiri".
Tidak banyak orang yang seperti edo yang tetap berpegang pada pendiriannya walaupun sudah "dikhianati".
Inilah kisah nyata dari adik kelas saya yang sedang mempelajari cinta dan telah dikhianati olehnya.