Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Kurikulum 2013 Bukan Solusi Pendidikan

11 Januari 2014   14:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 386 3

Tidak ada angin tidak ada hujan, masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan dikejutkan dengan akan dikeluarkannya sebuah kurikulum baru bernama kurikulum 2013. Kelahirannya yang terkesan tiba-tiba membuat sebagian kalangan curiga. Ini dituding sebagai sebuah proyek semata, mengingat anggaran yang diajukan Kemdikbud sangat fantastis hingga ratusan milyar rupiah.

Sebuah masyarakat terdidik, mestinya mendasarkan sebuah kebijakan pada sebuah kajian. Inilah kritik pertama saya. Hingga tulisan ini saya tulis, saya belum menemukan referensi tentang evaluasi kurikulum sebelumnya (KBK/KTSP). Adalah ironi apabila kita mengganti sesuatu, tanpa tahu kelebihan dan kekurangan yang akan diganti. Bagaimana mau menambal kalau kita tidak tahu bagian mana yang bocor? Bagaimana mau mengecat kalau kita tidak tahu bagian mana yang sudah pudar?

Kelahiran K-2013 layak disebut sebagai kurikulum top down. Artinya kebijakan ini memang seolah-olah turun dari langit tanpa mendasarkan kebutuhan di lapangan. Saya yakin sekali bahwa banyak ahli, banyak profesor yang membidani kelahiran K-2013. Menurut saya, kurikulum baru ini didasarkan pada pemikiran teoritis konseptual semata, bukan kajian lapangan. Setelah saya baca kurikulum baru itu, saya harus angkat topi. Menurut saya yang bodoh ini, kurikulum itu bagus sekali. Namun sayang, bukankah yang kita hadapi sekarang adalah problem rendahnya kualitas guru? Bukan rendahnya kualitas kurikulum? Nah, ibarat orang sakit maag, mengapa diberi obat masuk angin? (mr.poor12)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun