Dalam diam dia memandangi botol-botol kosmetik yang berjajar di depannya. Ada krim anti penuaan, ada krim malam, pelembab, krim pemutih wajah, sampai krim penghilang flek hitam dan kerut di wajah. "Seandainya ada krim pencegah tua," ujarnya dalam hati.
Dulu sebelum menikah, tubuhnya begitu langsing. Setelah memiliki tiga anak, hampir tidak ada lagi bentuk tubuh yang indah seperti yang ia miliki sewaktu masih gadis dulu. Ia menyesali jalannya waktu yang begitu cepat bergulir. Lantas ia menatap lagi dirinya di cermin, sambil menangis "masihkah kau mencintaiku?" ucapnya lirih dengan air mata berlinang.
Suaminya yang kala itu baru pulang dari kantor, mendengar suara istrinya dari dalam kamar. Pintu kamar masih dalam keadaan terbuka. Dia melihat istrinya menutupi wajahnya dengan tangan. Melihat hal ini, suaminya bertanya,
"ada apa?"
Istrinya menggeleng sambil menyeka air mata dan terduduk di atas kasur.
"katakan saja," pinta suaminya yang juga ikut duduk bersamanya.
Sang istri menatap suaminya lekat-lekat sambil menahan tangis...
"suamiku, kulitku mulai mengendur. Tanda-tanda penuaan sudah ada pada wajahku. Krim-krim anti penuaan sudah tidak lagi mampu menahan kendurnya kulit wajahku.Masihkan kau sayang padaku?" tanya sang istri...
Suaminya terdiam, bingung. Tak lama istrinya bertanya lagi.
"Suamiku, tubuhku bertambah gemuk. Aku tak lagi semenarik dulu di matamu. Masihkah kau cinta padaku?" ujar istrinya
Keduanya terdiam. Sang istri hanya menunduk. Sebenarnya menanti sebuah jawaban, namun ia khawatir tak sanggup mendengar jawaban suaminya apabila dijawab dengan kata "tidak".
"Lihat aku," pinta sang suami. Istrinya pun memandangnya, meskipun matanya sembab karena sering menangis sejak beberapa hari belakangan. Lantas suami berkata, "kamu harus bangun pagi untuk menyiapkan aku dan anak-anak sarapan, membuatkan kopi atau teh hangat saat sarapan, membangunkan dan memandikan anak-anak untuk berangkat sekolah, mengajari mereka mengaji, mengajari mereka bagaimana bersopan santun, mengajari mereka bagaimana cara menghormati orang tua, dan yang lebih penting kamu mengajari mereka bagaimana cara mengenal Allah," ucap sang suami yang juga berkaca-kaca.
Tak lama kemudian, sang suami melanjutkan kata-katanya...
"Aku mencintaimu karena agama yang ada dalam dirimu. Jika hilang agamamu, maka hilang juga cintaku padamu..." ujar suaminya sambil menyeka air mata yang mulai menetes di pipi istri tercintanya ini.