Pesta rakyat telah usai, meninggalkan kisah suka dan duka. Bagi mereka yang sukses menduduki hangatnya kursi parlemen seperti mimpi indah yang telah lama dinanti menjadi kenyataan. Tetapi mereka yang gagal seperti petirdi siang bolong, mengagetkan danmengejutkan, harapan yang awalnya dibalut optimisme kini hilang sudah tersapu kenyataan yang harus dihadapi. Keduanya menimbulkan ekspresi yang berbeda. Yang sukses menggelar hajatan, “ngabeudahkeun balong”, sampai mencukur rambut hingga mengkilap. Yang kalah lebih beragam lagi, caleg stres masih menghiasi hajatan lima tahunan ini, sampai-sampai RSUD di tiap-tiap daerah ramai-ramai menyiapkan ruangan khusus bagi caleg stres. Banyak diantara mereka mengekspresikan kegagalan dengan marah-marah menuduh penyelenggara pemilu berbuat curang, membakar kantor PPK, mengambil kembali bantuan yang telah diberikan, sampai ada yang meninggal mendadak karena melihat perolehan suara jeblok hingga akhirnya jantung berhenti berdetak. Tapi walaupun demikian, masih banyak caleg gagal yang legowo menerima kenyataan dengan lapang dada. Inilah konsekuensi logis yang harus dihadapi.