Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Museum Antonio Blanco & Monkey Forrest

26 Januari 2010   17:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:14 554 0
Dua tujuan wisata yang saya kunjungi ini sudah memiliki reputasi internasional. Pertama, museum milik maestro lukis Don Antonio Blanco. Kedua, hutan suci yang menjadi lokasi shooting "Eat, Pray, Love" yang dibintangi oleh Julia Roberts. [caption id="attachment_61831" align="alignleft" width="300" caption="Gerbang Museum"][/caption] Museum renaisans Don Antonio Blanco dibangun di atas bukit Kampuhan yang masih asri. Kedatangan kami langsung disambut oleh kicauan burung jalak bali dan kakatua. Pada tebing sebelah kanan pintu masuk tampak menjulang menara pagoda 12 atap. Untuk masuk ke museum, wisatawan domestik harus merogoh kocek Rp. 30.000,-/orang.  Sedangkan untuk wisatawan manca, dikenai tarif lebih mahal, yaitu Rp. 50.000,- Dari tempat pembayaran tiket, kami mendaki tangga menuju sebuah halaman kecil, yang di tengahnya terdapat kolam kecil dan patung Siwa di bagian tengahnya. Pada bagian kiri, terdapat balai sederhana sebagai bengkel kerja pembuatan pigura lukisan. Lalu kami memasuki pintu berbentuk lingkaran, seperti yang biasa kita jumpai pada rumah-rumah China kuno. Berbelok kiri kami disambut halaman rumput yang luas. Pada bagian tengah terdapat kolam air.  Menatap lurus, kami melihat kediaman pribadi Antonio Blanco yang cukup megah. [caption id="attachment_61838" align="alignright" width="178" caption="Pagoda 12 Atap"][/caption] Siapakah Antonio Blanco? Dia adalah seniman lukis ternama kelahiran Catalonia, Spanyol pada tanggal 15 September 1911. Setelah menyelesaikan studinya di Akademi Seni Nasional di New York, Blanco berkelana ke seluruh dunia, hingga akhirnya terpikat oleh keindahan Bali dan memutuskan menetap di sana, pada tahun 1952. Raja Ubud menghadiahkan kepadanya tanah seluas 2 hektar yang berlokasi di pertemuan dua aliran yang membentuk sungai Kampuhan. Seniman flamboyan dan eksentrik ini kemudian memperistri Ni Rondji, seorang penari kenamaan di Bali. Mereka dikaruniai empat anak-anak, masing-masing Tjempaka, Mario, Orchid dan Mahadewi. Pelukis yang dijuluki "Dali dari Bali" ini sangat mengagumi tubuh wanita yang menurutnya merupakan ciptaan Tuhan yang paling indah.  Maka tak heran jika hampir seluruh karya seniman yang gemar bertopi kabaret ini menampilkan sosok perempuan bertelanjang dada, khususnya perempuan Bali. Sebelum memasuki bangunan utama, pengunjung akan melewati sebuah gerbang raksasa yang terbuat dari marmer. Diamati secara sepintas, bentuknya memang aneh.  Namun ternyata gerbang ini merupakan tiruan dari tanda tangan sang Maestro. Konon ini adalah tanda tangan terbesar di dunia. Bangunan museum merupakan gabungan antara arsitektur barat dan Bali. Tembok-tembok berupa batu marmer kokoh, yang diimbangi dengan kelembutan ornamen Bali di sekeliling pintu, jendela dan atapnya. Ruang utama museum mirip dengan ballroom luas dengan atap yang sangat tinggi. Di sebelah kanan dan kiri ruangan terdapat tangga untuk ke ruang atas. Lukisan-lukisan maha karya sang maestro ditempelkan pada dinding-dinding ruangan. Pencahayaan ruangan agak remang-remang. Hanya ada lampu-lampu kecil yang menerangi setiap lukisan. Sayangnya pengunjung dilarang untuk mengambil gambar dengan kamera.  Suatu kali, ketika petugas tidak terlihat, saya menghidupkan kamera video dan mencoba mengambil gambar dengan sembunyi-sembunyi. "Mumpung tidak ada petugas," pikir saya ketika itu. Akan tetapi Citra, adik sepupu isteriku, tiba-tiba memperingatkan aku."Mas, ada kamera pengawas lho," bisiknya sambil menunjukan kamera di langit-langit ruangan. Saya pun buru-buru mematikan kamera sambil tertawa sendirian. Idealnya, mengunjungi museum lukisan tidak dilakukan tergesa-gesa. Kita harus meluangkan waktu untuk menikmati setiap detil goresan sang seniman. Tapi apa boleh buat, objek wisata berikutnya masih menanti. Selepas ruang utama, kami masuk ke ruang kerja Blanco.  Sebuah ruangan yang sederhana dengan jendela luas yang mengarah langsung ke halaman.  Di sebelah bengkel kerjanya, terdapat ranjang besar dengan kelambu putih. Jika letih berkarya, Blanco akan merebahkan badannya sejenak di tempat tidur ini sambil merenung untuk menangkap inspirasi. [caption id="attachment_61827" align="alignleft" width="300" caption="Bengkel Kerja"][/caption] Di sini, setiap pengunjung disodori segelas mocca dingin yang bisa dinikmati sambil bercengkerama dengan burung-burung kakatua. Jika berani, pengunjung bisa berfoto dengan burung-burung itu. Sebagai souvenir, pengunjung bisa membeli foto lukisan Antonio Blanco yang ditandatangani asli oleh Mario Blanco, anak laki-lakinya. Menjelang pintu keluar, terdapat toko souvenir yang menjual kerajinan perak yang didesain oleh anak perempuan Blanco.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun