lagu ini membawa saya pada sebuah rasa akan suatu suasana. ah, cemara. betapa panas terik sang surya dihalang selalu olehnya. kepala tidak lagi berpanas ria. hatipun tentram dibuatnya. bermain dibawahnya menjadi kesukaan para muda. berlari, tertawa, bersembunyi dan menemukan, ah, rasanya semua. semua kebahagiaan muda digambarkan dibawah hijau yang ramah menjaga. teringat sebuah lagu yang menjadi andalan semua anak usia sekolah pada jamannya. tentang perjalanan ke puncak gunung sana. ada cemara pada liriknya. betapa bocah indonesia pada masa itu sangat dekat dengan si pohon gagah bernama cemara. dan sekarang. beberapa belas tahun setelah itu. saya dibawa juga oleh lagu ini pada sebuah rasa akan suatu suasana. ah, negeri dongeng. betapa aku menyaksikan cemara di sini sana habis menjadi kota. gedung bertingkat pencakar angkasa, jalanan aspal lalulintas manusia, pemukiman warga yang lupa dengan saluran airnya, sampai liburan yang dikotakan dalam bangunan
plaza. lalu teringat burung gereja yang sekian belas tahun sebelumya bermain bersama. sekarang kemana mereka? tempat bermainnya digantikan kehidupan baru manusia. tempat bermain kita tinggal menjadi dongeng para orang tua. lalu, kini dengan siapa si burung gereja menghabiskan sorenya?
KEMBALI KE ARTIKEL