Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Pilihan

Merendah Tanpa Direndahkan

19 Januari 2023   10:48 Diperbarui: 22 Januari 2023   21:43 434 3
Ridwan, seorang santri pesantren yang mendapat tugas dari gurunya. Tugas dari Ridwan adalah syiar agama ke anak-anak jalanan. Karena lama dan jarang keluar dari pesantren, Ridwan pun kebingungan. Jangankan untuk syiar agama, bagaimana cara mendekati anak-anak jalanan dia tidak tahu. Di tengah kebingungan yang dialami, Ridwan kembali menghadap gurunya untuk memperoleh petunjuk.

Mengutarakan apa yang jadi kegundahan, Ridwan hanya mendapat satu kalimat petunjuk. Kalimat petunjuk tersebut adalah "kerendahan hati adalah ciri orang yang berisi."

Mendapat petunjuk yang masih samar akan arti, Ridwan pun berpikir dan mencoba mengupas. Hingga pada sebuah titik, Ridwan menemukan ide dan cara untuk bisa syiar ke anak-anak jalanan.

Ridwan sadar, kalau dirinya tiba-tiba datang dan langsung syiar, bukan didengar oleh anak-anak jalanan, bisa-bisa malah ditimpuk batu. Dan di sinilah Ridwan memakai metode unik dan cukup aneh, yaitu menaklukkan tanpa menyakiti.

Setelah mendapat ide, tibalah saatnya Ridwan menemui anak-anak jalanan. Dengan memakai kain sarung, berbaju Koko dan songkok hitam, Ridwan berjalan pelan ke arah anak-anak jalanan yang sedang ngamen di perempatan jalan.

Dengan ketenangan yang dimiliki, Ridwan menyapa anak-anak jalanan itu dengan salam. "Assalamualaikum," sapa Ridwan pada anak-anak jalanan. Tidak langsung menjawab, anak-anak jalanan yang sebagian besar sedang mabuk pun terkejut. Namun tak berselang lama, salam dari Ridwan dijawab oleh mereka, termasuk yang sedang mabuk.

Mengetahui pintu masuk telah terbuka, Ridwan langsung masuk dengan tindakan yang tidak diduga anak-anak jalanan. Ridwan menyalami satu persatu anak-anak jalanan sambil mencium tangan mereka. Anak-anak jalanan yang sudah terkejut dengan ucapan salam, makin terkejut dengan apa yang dilakukan Ridwan. Setelah memperkenalkan diri, oleh salah satu anak jalanan, Ridwan diajak duduk di trotoar jalan. Di situlah perlakuan Ridwan dipertanyakan.

"Kenapa kamu ke sini?" Tanya anak jalanan.

"Saya hanya ingin bersilaturahmi," jawab Ridwan sambil menundukkan kepala.

"Kenapa kamu mau silaturahmi dengan orang-orang kayak kami? Bukankah kami ini orang-orang yang banyak dosa, sementara kamu seorang yang alim dan tahu agama," tanya anak jalanan sambil meletakkan botol berisi minuman keras.

"Tidak ada manusia yang tidak ada dosa. Saya juga manusia yang penuh dosa. Tuhan tidak membeda-bedakan hambanya. Kalian adalah saudara saya. Saudara sesama manusia. Dan mungkin saudara seiman saya," kata Ridwan mulai menatap ramah ke anak jalanan.

Mendengar apa yang dikatakan Ridwan, anak jalanan pun membuang sisa minuman keras yang ada di botol plastik. Sambil menundukkan wajah, anak jalanan itu mengutarakan isi hati dan perasaan.

"Selama ini tidak ada orang yang mau memanusiakan orang kayak saya. Kami ini dianggap sebagai sampah. Kami dianggap sebagai orang malas dan jauh dari agama. Kami dicap sebagai pemabuk dan kerap buat onar. Hal-hal baik yang pernah kami lakukan tidak pernah dilihat," kata anak jalanan sambil menunduk.

"Manusia itu tempatnya dosa dan salah. Makanya banyak orang yang banyak beranggapan salah terhadap orang lain. Tapi tak perlu banyak dipikirkan. Tuhan itu maha tahu. Tuhan pasti tahu dengan kebaikan yang sahabat-sahabat lakukan," kata Ridwan dengan senyuman.

"Lantas kenapa kamu tadi mencium tangan kami. Bukankah mencium tangan diperuntukkan untuk orang tua dan guru?" Tanya anak jalanan.

"Benar. Mencium tangan orang tua dan guru adalah tanda hormat dan patuh seseorang. Dan saya mencium tangan kalian sebagai tanda hormat kepada seorang guru," jawab Ridwan yang membuat anak jalanan terbelalak.

"Guru. Guru apa? Banyak di antara kami yang putus sekolah bahkan tidak sekolah. Kami juga tidak paham tentang agama. Apa yang jadi alasan kamu sehingga menganggap kami sebagai guru?" Tanya anak jalanan.

"Banyak hal yang saya dapat dan saya pelajari dari sahabat-sahabat ini," kata Ridwan terpotong oleh pertanyaan anak jalanan.

"Apa yang kamu dapat dan pelajari dari kami?" Kata anak jalanan memotong Ridwan.

"Sahabat-sahabat adalah orang-orang hebat. Bisa hidup mendiri jauh dari orang tua. Bisa bertahan hidup di mana pun sahabat-sahabat berada. Sementara saya bisa apa? Makan dan minum saja minta sama orang tua. Jangankan tidur di jalanan, kena air hujan saja saya masuk angin dan sakit," kata Ridwan yang membuat anak-anak jalanan tercengang dan diam.

"Tapi.....," Sahut anak jalanan yang terpotong oleh Ridwan.

"Tidak semua yang paham agama akan lebih baik dari orang yang kurang paham agama," potong Ridwan dan semua anak-anak jalanan diam tertunduk.

Mengetahui kalau dirinya telah berhasil masuk ke lingkungan anak-anak jalanan, Ridwan terus bersyiar dengan terselubung dan tetap rendah hati. Kerendahan hati Ridwan telah membelah tembok penghalang. Kerendahan hati itu juga yang mampu membuka kesadaran. Dan kerendahan hati Ridwan penyambung tali silaturahmi dan persaudaraan.

Merubah tidak harus mengubah secara radikal. Perubahan bisa dilakukan dengan proses dan kasih sayang. Merendah bukan berarti rendahan. Merendah serendah-rendahnya, sehingga orang lain tak punya kesempatan untuk merendahkan.

Lenangguar, Sumbawa 19 Januari 2023.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun