Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Mimbar Pengakuan

21 Januari 2012   12:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:36 84 0
Gending laler mengeng sayup merobek sepinya hati ini malam ini, kujadikan penawar atas segala rasa yang ada, atas semua yang terasa, Getir atau manis ku sejajarkan malam ini, tanpa perbedaan, dan tanpa harus mengungkit masing-masing rasa itu.

Jika harus kuungkap malam ini, kegalauan hati ini seperti  kegelisahan hati resi  wisrawa saat telah memenangkan sayembara perang atas senopati jambu mangli dan berhasil "medar " serat sastrajendra sesuai keinginan dewi sukesi untuk mencari seorang calon pendamping atau suami.  Bukan pula kesalahan sepenuhnya resi Wisrawa bila harus mengingkari janji kepada tugas , kepada amanat yang diembannya dalam mengikuti sayembara tersebut, demi membahagiakan dan memenuhi harapan anak lelakinya yang berharap dapat beristri dewi sukesi, sedang sumpah dan janji prasetya dewi sukesi akan menyerahkan sepenuh cinta dan hatinya kepada laki-laki yang telah mengajarkan dan meruwat serat sastra jendra tersebut, sedang maksud dan keinginan dewi sukesi agar dirinya diruwat dari seorang raksasa agar bisa berperilaku dan bersifat seperti manusia biasa pada umumnya. Tapi mengapa resi wisrawa harus terlena, melupakan janji  pada dirinya..???

Begitu juga dengan diriku bila harus mengatakannya kepadamu, aku tak menyalahkan rasa yang tumbuh dihatimu , tapi aku juga tak mengingkari bila ada rasa yang sama. Namun jika untuk sekarang aku harus mengatakan "YA" untuk menentramkan harapan yang tercipta, aku belum siap. Ibarat sastra jendra belum sepenuhnya terbabar, belum sepenuhnya bisa meruwat diri dan cintamu.

Jika aku bisa berharap, bersabarlah kita masih punya waktu dan kesempatan, masih banyak yang harus kita cari tahu tentang semua ini.

mugamni 438

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun