Masa laluku yang telah kucoba simpan rapat-rapat agar aku bisa benar-benar utuh mencintai, benar-benar merasa memiliki apa yang ada, ku mencoba mengikhlaskan semua ini demi cinta, demi sebuah pengabdian pada rasa hati yang aku miliki. Dulu memang aku terlalu terlena dengan kecantikanku, terlalu menutup mata hingga perjalanan masa remaja menjadi awal keterpurukanku kini. Gonta ganti pasangan, sex bebas kujalani, Kehidupan yang kulalui sebagai  anak yang kabur dari rumah sebagai pelampiasan rasa kecewa kepada impian yang tak sejalan dengan harapan orang tua khususnya bapak, meski bukan bapak asli, karna status ibuku adalah wanita simpanan seorang pimpinan Militer. Entahlah aku juga tak mengerti dan tak mau mengingat lagi masa itu.
Kadang saat badan terasa capai seperti ini hanya air mata dan untaian masa silam yang kembali hadir  menyapa. Masih teringat saat pertama aku mengenal dirimu bahwa pernikahan yang pertamamu harus berantakan karna perselingkuhan, yang membuat aku bersimpati dan mencoba menjadi teman bicara dalam sepimu, keluguan dan kepolosan yang tertangkap dari sorot mataku ternyata hanya sebuah biasan dari ilusiku, kebaikan dan rasa perhatianmu yang ternyata awal dari jebakanmu. Masa-masa pacaran yang seharusnya kita nikmati disisa-sisa keromantisan yang kita miliki, Kau habiskan dimeja judi. Jumat. sabtu, minggu hari libur kerjamu kau isi dengan aktifitas judi bersama teman-teman profesimu.
Entah mengapa aku begitu menjadi sangat bodoh waktu itu, kenapa tak kuputuskan saja masa penjajakan ini, masa-masa pengenalan diri kita, tapi tidak dengan ku saat itu, justru aku semakin cinta. Kususul dirimu, Kutemani dirimu bermain judi hingga akhir masa libur kerjamu. Begitu sampai masa-masa pengenalan itu berakhir ke jenjang pernikahan, Kaupun semakin asyik dengan dunia judimu, kadang jika habis bekal uangmu kau pulang marah-marah, mengancam akan menceraikanku bahkan yang terlebih menyakitkan adalah menyuruhku untuk menjual diri (nge-jablay) demi sepeser uang untuk menyambung aktifitas judimu. Tak terbayangkan perlakuanmu padaku saat hamil hingga saat si buah hati lahir, Masih tetap begitu. Pergi kerumah sakit sendiri, menjalani persalinan tanpa dirimu yang menungguiku. Demam pada sikecil tak lagi kau hiraukan, Betapa hebatnya ujian terhadapku, pada rasa cinta yang aku miliki. Hingga kuputuskan untuk mencoba meninggalkanmu jauh menjadi seorang TKW di negri formosa. Kuberharap dengan ketidak adaanya diriku engkau menjadi berubah, menjadi sedikit peduli pada si buah hati yang ditititpkan pada kita, agar tak semakin menjadi-jadi kelakuanmu.
Kehidupan awal sebagai seorang TKW begitu berat karna harus belajar mengikuti budaya dan cara hidup majikan, ditambah lagi dengan keinginan majikan pria yang rupanya tertarik pada bentuk tubuhku hingga suatu saat mengajakku berhubungan intim, tapi kucoba bertahan untuk tidak melayaninya, Akupun memilih kabur dan menjadi tenaga kerja ilegal yang penuh resiko deportasi, kesulitan-kesulitan ditanah seberang sedang berusaha kuatasi dan kujalani dengan semangat yang tersisa tak terimbangi dengan perlakuan suamiku yang membawa pulang janda beranak satu kerumah ibuku, sontak keluargaku menyuruhku agar tak meneruskan kelangsungan pernikahan ini, kucoba crosschek dengan suamiku, janda kekasih barunya sangat mengiris hati, memang kuberikan kompensasi boleh jajan demi memenuhi kebutuhan biologis tapi mbok ya jangan sampai dibawa kerumah ibuku.
Kini aku masih bingung, masih gamang untuk menjalani hari esok, masih mencari arti kebenaran rasa cinta yang aku miliki,