Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Prabowo Memang Menang, Tapi Ganjar Semakin Menawan

8 Oktober 2021   10:59 Diperbarui: 8 Oktober 2021   11:03 213 4
Survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) baru saja dirilis. Hasilnya, Prabowo Subianto menjadi pemenang. Ia berhasil unggul dari kandidat Capres lainnya dari berbagai simulasi yang dilakukan.

Tapi. Kemenangan Prabowo itu bukanlah hasil yang menggembirakan. Ada noda di balik kemenangannya itu. Bukannya naik. Dari waktu ke waktu, tren elektabilitas capres abadi itu justru semakin menurun.

Beda dengan Ganjar. Ia tetap bisa tersenyum lebar, meskipun masih tertinggal. Meski secara angka kalah, tapi secara tren, capaian Ganjar sangatlah menawan.

Tren elektabilitas dan popularitas Ganjar memang terus melejit dari hari ke hari. Bahkan, dia satu-satunya kandidat Capres dengan tren elektabilitas yang terus meningkat. Kondisi itu tak dialami kandidat lain. Termasuk Prabowo Subianto.

Misalnya dari simulasi 42 nama kandidat yang disurvei SMRC. Capaian Ganjar cukup menggembirakan. Dari semula hanya 12,6 persen pada Mei 2021 menjadi 15,8 persen di September 2021. Sementara Prabowo, tren elektabilitasnya justru turun. Dari 21,5 persen pada Mei 2021 menjadi 18,1 persen di September 2021.

Pada simulasi 15 nama. Prabowo tetap menang di angka 20,7 persen. Sementara Ganjar menguntit di belakangnya dengan angka 19,0 persen. Tapi coba lihat dari trennya. Elektabilitas Ganjar naik dari 15,7 persen di Mei 2021 menjadi 19,0 persen di September 2021. Sementara tren Prabowo, justru terjun bebas dari 24,4 persen menjadi 20,7 persen saja.

Kejadian sama terjadi pada simulasi delapan nama. Prabowo kembali mengungguli Ganjar di angka 22,5 persen. Sementara Ganjar di angka 20,5 persen. Tapi bicara soal tren, lagi-lagi elektabilitas Prabowo menukik dari yang semula 26,0 persen di Mei 2021. Sementara tren elektabilitas Ganjar, naik dari semula 16,3 persen di bulan yang sama.

Tren positif elektabilitas Ganjar kembali terlihat pada simulasi tiga nama. Elektabilitas Ganjar yang hanya 25,5 persen di Mei 2021, naik tajam ke angka 29,3 persen pada September 2021. Sementara Prabowo, elektabilitasnya turun dari 34,1 persen menjadi 30,8 persen.

Over all. Ganjar memang kalah dari Prabowo. Tapi diakui atau tidak, pemenang sejati dalam survei kali ini adalah Ganjar Pranowo. Ia kalah dari segi angka. Tapi menang dari tren elektabilitasnya.

Bukan hanya soal elektabilitas. Ganjar juga memenangkan piala kandidar paling disuka. Kesukaan pemilih pada Ganjar melebihi kesukaan pemilih pada Prabowo dan calon lainnya. Ganjar disukai oleh 85 persen pemilih, sementara Prabowo hanya disukai oleh 73 pemilih saja.

Uniknya. Kesukaan pemilih pada Ganjar itu melebihi angka keterkenalan Ganjar. Ganjar hanya diketahui oleh 67 persen pemilih. Sementara Prabowo dikenal oleh 98 persen pemilih.

Pertanyaan mendasar. Kenapa Prabowo yang lebih terkenal, justru tak lebih disukai daripada Ganjar? Faktornya apa ya? Mungkin pembaca ada yang bisa bantu jawab?

Bayangkan saja. Kalau tingkat keterkenalan Ganjar mencapai 100 persen. Bukan hal sulit bagi Ganjar mengalahkan Prabowo dan kandidat lainnya. Maka ini menjadi PR bagi Ganjar, timnya serta barisan relawan yang telah mendeklarasikan dukungan. Bagaimana caranya, menjadikan Ganjar semakin terkenal dalam waktu yang praktis kurang dari tiga tahun saja.

Oh iya ada yang lupa. Kita belum membahas capaian Puan Maharani dalam survei terbaru SMRC ini. Saya kasih bocorannya ya. Tapi tolong jangan keras-keras. Takut ada yang marah.

Gimana ya kira-kira dampak dari kampanye Puan yang besar-besaran? Apakah ia jadi terkenal setelah semua jalan dipenuhi baliho Kepak Sayap Kebhinnekaan?

Ternyata tidak ada efeknya sama sekali. Seperti perenang yang pakai gaya batu. Elektabilitas Puan Maharani masih betah tenggelam di dasar lautan. Untuk simulasi 42 nama, mbak Puan jadi urutan ke-19. Elektabilitasnya hanya 0,8 persen saja.

Lagi dan lagi. Mbak Puan masih betah menyelam dari simulasi 15 nama yang disurvei. Ia berada di urutan ke-11 dengan capaian 1,4 persen. Lumayan lah....naik sedikit.

Dan kalau survei dikerucutkan jadi delapan nama. Mbak Puan gimana kabarnya ya? Waduh. Ternyata dia masih bertahan di dasar dengan perolehan 1,5 persen saja.

Hehehe...kalian juga sudah pasti bisa menebaknya. Ketika survei dilakukan dengan simulasi tiga nama saja. Nama Mbak Puan tiba-tiba hilang entah ke mana.

Apa mungkin ia sudah kehabisan nafas di dasar hingga tak bisa muncul lagi ke permukaan? Atau kepak sayapnya terbang terlalu tinggi. Sampai hilang dimakan awan.

Jadinya kan nggak kelihatan. Liwung. Begitu kata anak-anak main layangan. Hehehee....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun