Mohon tunggu...
KOMENTAR
Music Pilihan

Sound of Borobudur, Musik Tanpa Genre dari Alat Musik Tak Bernama

9 April 2021   08:06 Diperbarui: 9 April 2021   10:01 879 6
Merinding. Itulah yang kurasakan ketika mendengar alunan musik bertajuk Sound of Borobudur, Kamis (8/4) siang. Bagaimana tidak, alunan musik itu terdengar aneh. Penuh aroma mistis. Tapi indah dalam sebuah kesatuan nada yang menenangkan jiwa.

Alat-alat yang digunakan juga tak biasa. Sekilas terlihat seperti alat musik tradisional. Namun bentuknya aneh dan jarang kulihat.

Ternyata benar. Musik yang kudengar itu adalah jenis musik baru. Alat-alatnya pun terlihat baru. Yang membuat bulu kuduk merinding, alat-alat musik yang digunakan itu ternyata berasal dari relief-relief Candi Borobudur.

Tak disadari orang banyak, bahwa di candi peninggalan Dinasti Syailendra itu menyimpan cerita tentang musik abad ke-7. Sejumlah alat musik tergambar indah dalam pahatan dinding batu itu. Lebih dari 300 alat musik yang ada di sana.

Lalu, siapa orang-orang 'gila' yang terinspirasi mengangkat musik dari relief candi Borobudur dalam kehidupan nyata? Ternyata mereka bukan orang-orang biasa. Adalah musisi-musisi handal sekelas Dewa Budjana, Trie Utami dan Purwatjaraka yang berada di belakangnya.

Yah, tiga orang itu menjadi pelopor membangkitkan musik setelah ribuan tahun tertidur di goresan candi. Dengan penelitian yang tak sebentar tentunya, mereka berhasil mereplika bentuk alat musik yang ada di sana.

Tak hanya itu, gairah mereka terpancing untuk berusaha membunyikannya. Setelah melalui proses cukup melelahkan, akhirnya alat-alat musik itu berhasil mengeluarkan bunyi-bunyi yang indah.

Dewa Budjana mengatakan, dari segi bentuk, alat musik yang dimainkannya itu memang mirip dengan yang tergambar di pahatan candi. Namun dari sisi bunyi, gitaris group band Gigi ini mengatakan bahwa itu subjektif dan merupakan hasil interpletasi jiwa seni dalam hati. Karena tak ada dalam catatan sejarah, yang menggambarkan notasi dari alat-alat musik itu.

Pun soal genre. Dewa tak mau ambil pusing dengan genre musik dari alunan nada-nada itu. Ia menyebut Soul of Borobudur adalah musik tanpa genre. Alatnya pun tak bernama.

Sound of Borobudur seolah mengungkap fakta, bahwa Borobudur dulu adalah pusat peradaban musik dunia. Bagaimana tidak, dari ratusan alat musik yang tergambar, banyak diantaranya yang tak ada di Indonesia. Ada jenis alat musik tiup yang ditemukannya di Thailand, ada juga alat musik pukul yang hanya ada di India.

Hipotesis yang muncul adalah, Borobudur dulunya merupakan pusat musik dunia. Dari lokasi itulah, musik dikenalkan ke seantero jagad. Atau, dulu Borobudur merupakan tempat kumpulnya musisi-musisi ternama. Mereka berkumpul untuk membuat pertunjukan seni musik yang indah tentunya.

Apapun jawabannya, tentu butuh penelitian yang panjang. Tapi setidaknya, kita patut berbangga bahwa musisi-musisi tanah air mampu berkreasi dengan kemampuan di luar batas mereka. Dari tangan-tangan mereka, kita bisa merasakan bagaimana kehidupan para leluhur tempo dulu menikmati musik.

Menarik menantikan tindak lanjut atas temuan hebat ini. Apalagi, pemerintah telah menetapkan Borobudur sebagai kawasan super prioritas nasional. Lokasi itu kini sedang ditata dan akan menjadi Bali Baru di Indonesia.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sendiri yang menjadi mandor proyek itu. Sebagai gubernur yang memiliki cita rasa seni tinggi, tentu Ganjar tak ingin meninggalkan nilai-nilai historis dan filosofis dari Candi. Seni, budaya, tradisi akan menjadi penopang pengembangan kawasan itu, dengan kearifan lokal masyarakat setempat.

Tentu temuan para musisi-musisi hebat itu akan menambah kaya daya tarik wisatawan. Tak hanya sekadar melihat keagungan bangunan candi, mereka akan merasakan soul kehidupan masyarakat kuno dari sajian-sajian Sound of Borobudur.

Apalagi, Balai Konservasi Borobudur juga tengah menggarap project sendratari dari relief-relief Borobudur itu. Kisah-kisah Karmawibhangga, Lalitawistara, Jataka Awadana, Gandawyuha dan lainnya akan berpadu dengan alunan musik di sana.

Tentu sebuah kemegahan tontonan yang menjanjikan. Jika penataan fisik Borobudur selesai, maka wisatawan akan menyaksikan keindahan destinasi itu. Bangunan candi yang megah, desa-desa yang indah, warga yang ramah, kuliner yang meriah ditambah pertunjukan yang diimpikan.

The New Order Borobudur Temple benar-benar bisa diwujudkan. Mari siapkan waktu untuk menikmatinya bersama orang-orang tercinta.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun