Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Sekolah Virtual, Berkah Anak Miskin Jateng Saat Pandemi

16 Oktober 2020   08:51 Diperbarui: 16 Oktober 2020   09:08 131 9
Mimpi sekolah tinggi telah dikubur dalam-dalam oleh Aprilia Lestari. Bocah asal Boyolali berusia 15 tahun ini hanya bisa pasrah dengan keadaan. Kondisi ekonomi orang tua yang hanya buruh tani, membuatnya tak bisa apa-apa. Jangankan untuk melanjutkan sekolah, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah susah.

Hal sama juga dialami Yevi Nurfahmi,16, warga Brebes yang nasibnya tak jauh beda dengan Aprilia. Ia harus rela melupakan mimpinya menjadi seorang penyanyi, karena nasib tak berpihak padanya. Orang tua yang hanya bekerja sebagai pembantu, tak cukup untuk biayanya melanjutkan sekolah ke jenjang SMA.

Ada 45.000 lebih warga Jawa Tengah yang bernasib sama dengan Aprilia dan Yevy ini. Mereka anak-anak miskin itu, hanya bisa terpaku melihat kawan-kawannya berlari riang berangkat ke sekolah dengan seragam putih abu-abu yang keren. Dengan lirih mereka berdoa, suatu saat bisa memakainya.

Tak disangka, doa itu terjawab.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo membuat sebuah terobosan baru bernama Sekolah Virtual. Program sekolah daring itu ia luncurkan pada Selasa (13/10) lalu dan digunakan untuk menampung anak-anak putus sekolah atau tidak sekolah karena permasalahan ekonomi.

Ganjar mengatakan, Sekolah Virtual ini terinspirasi dengan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berlangsung selama pandemi. Meski tak bisa berangkat ke sekolah, namun pelajar tetap bisa belajar di rumah. Ganjar berpikir, kalau itu bisa dilakukan, berarti ada cara untuk memberikan ruang pada anak-anak yang putus sekolah di Jawa Tengah.

Sekolah Virtual Ganjar dibuat layaknya sekolah reguler biasa. Meski berkonsep daring dan hanya sesekali melakukan tatap muka, namun siswa-siswi Sekolah Virtual memiliki hak yang sama. Mereka akan diajari mata pelajaran sesuai kurikulum yang ada, dan lulus juga mendapatkan ijazah yang bisa untuk melamar kerja atau melanjutkan kuliah. Bahkan, mereka juga mendapatkan nomor induk yang tercatat dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik) di instansi terkait.

Kok bisa?

Karena Ganjar mengindukkan Sekolah Virtual itu ke sekolah negeri yang sudah ada. Untuk pilot project, Ganjar membuat dua Sekolah Virtual yang dititipkan di SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu Boyolali. Saat ini, sudah ada dua rombongan belajar di Sekolah Virtual Ganjar, masing-masing 36 siswa.

Keren ya?

Pastinya keren. Apalagi tak hanya bisa bersekolah, para siswa Sekolah Virtual juga tak dipungut biaya sepeserpun. Bahkan, mereka diberi fasilitas alat penunjang belajar seperti Hanphone, paket data dan lainnya. Mereka juga diberikan beasiswa oleh pemerintah dari berbagai sumber, salah satunya dari Badan Amil Zakat Infaq dan Sedekah (Baznas) Jateng.

Metode pembelajaran daring membuat anak-anak Sekolah Virtual bisa tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa. Mereka yang sehari-hari bekerja membantu orang tua, bisa tetap bekerja. Saat ada waktu luang, mereka bisa mengakses pelajaran-pelajaran melalui daring untuk meningkatkan pengetahuannya.

Ganjar menerangkan, Sekolah Virtual ini merupakan wujud dari visi misinya membanngun Jawa Tengah. Salah satunya adalah Sekolah Tanpa Sekat, yang memastikan semua anak mendapatkan hak pendidikan yang layak. Tak disangka, di tengah pandemi program itu muncul dan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Tak hanya di dua lokasi itu, Ganjar berjanji akan memperbanyak Sekolah Virtual di Jawa Tengah. Daerah-daerah terpencil, pinggiran dengan angka kemiskinan yang tinggi menjadi sasaran program terbarunya itu.

Sebab Ganjar meyakini, bahwa pendidikan adalah jalan terbaik untuk merubah nasib warganya menjadi lebih baik. Dengan pendidikan, maka anak-anak itu bisa memiliki masa depan cerah, dan bisa mengangkat kesejahteraan keluarganya.

Banjir Apresiasi

Langkah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo membuat Sekolah Virtual untuk mengatasi persoalan anak putus sekolah diapresiasi pakar pendidikan. Mereka menilai, langkah Ganjar merupakan terobosan yang luar biasa untuk mengatasi persoalan bangsa.

Pengamat pendidikan dari Universitas Katolik Soegidjapranata (Unika), Tukiman Tarunasayoga mengatakan, apa yang dilakukan Ganjar merupakan sebuah terobosan luar biasa dan patut diapresiasi. Mengingat sampai saat ini, banyak anak-anak yang terpaksa putus sekolah karena persoalan biaya.

Tukiman menerangkan, hak pendidikan harus dimiliki setiap anak. Mereka yang masih berusia di bawah 18 tahun, hak mereka harus dipenuhi, termasuk hak memperoleh pendidikan. Apapapun yang terjadi, apakah tidak mampu atau karena faktor lain, pemerintah memiliki kewajiban untuk memenuhi hak pendidikan anak.

Hal senada disampaikan Rektor Universitas Ivet Semarang, Prof.Dr.Rustono. Rustono yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pendidikan Jateng menegaskan, tidak boleh anak-anak usia sekolah terlantar hanya karena faktor ekonomi.

"Alhamdulillah ada gagasan membuat sekolah virtual ini. Dengan begitu, maka mereka mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan yang layak," ucapnya dikutip antaranews.com.

Rustono berharap program ini dilanjutkan. Ganjar ditantang membuka Sekolah Virtual di tempat-tempat lain agar persoalan pendidikan ini bisa teratasi.

"Jateng daerahnya cukup besar, dan masih banyak yang memerlukan akses pendidikan. Untuk itu, saya harap sekolah virtual bisa dilanjutkan dan diperluas jangkauannya ke daerah-daerah terpencil," tegasnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun