Secara perlahan ia juga sudah mulai melayani pemesanan dari pelanggan via online. Sayangnya, kemasan cup plastik itu tak cukup kuat, sehingga dalam beberapa kali pengiriman, kemasan sambal rusak.
"Sempat ada kendala 20 Cup tapi hancur saat dikirim melalui jasa pengiriman. Di situlah kami mulai belajar bahwa kemasannya harus diganti," jelasnya.
Satu tahun kemudian, Sambal Acan Raja Banjar menjadi populer. Sambal tersebut seakan menjadi menu pelengkap yang wajib tersedia di meja makan. Cita rasanya yang khas membuat sambal itu mudah nempel di lidah masyarakat. Sambal Acan Raja Banjar juga diklaim tanpa bahan pengawet.
Aulia Abdi menerangkan sebenarnya cita rasa sambal berasal dari cerita-cerita orang tua zaman dahulu di komunitas masyarakat Banjar. Cerita-cerita itu terus berkembang sampai ke generasi Aulia dan istrinya.
"Cita rasa seperti itu sebenarnya datang dari generasi ke generasi. Kami mendapat kisah tentang kenikmatan sambal Banjar dari orang tua kami," ungkapnya.
Saat ini bisnis kuliner Aulia Abdi sudah berkembang sangat pesat. Ia bahkan sudah pernah mengirim produknya kepada seorang warga Banjar yang tinggal di Sidney, Australia.
Dengan modal awal hanya Rp 100 ribu, kini Aulia sudah bisa membayar karyawan dan membangun cabang Rumah Makan Sambal Acan Raja Banjar yang menyajikan kuliner khas Banjar seperti aneka ikan bakar dengan sayur santan.
Saat ini rumah makannya sudah memiliki beberapa selain di Banjarmasin, yakni Banjarbaru, Martapura, dan Barabai. Pada awal September 2019, ia juga akan membuka cabang di Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu.
Ia mengaku bersyukur karena kemudahan teknologi juga banyak membantu promosi Sambal Acan Raja Banjar. Salah satu pihak yang sangat membantu promosi Sambal Acan Raja Banjar adalah JNE. Melalui jasa pengirimannya, sudah banyak produk Sambal Acan Raja Banjar yang dikirim ke dalam maupun di luar daerah.
"Apalagi di JNE ada aplikasi Pesona Nusantara. Itu sangat membantu penjualan di tingkat nasional," katanya.