Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ragam Puisi Pendek ku

6 Juni 2012   02:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:21 247 1
Merindumu itu
serupa mengulum bibir senja, meneduhkan.

Lihatlah, dua angsa putih memadu rasa di telaga itu, mesra.
Tak seperti kita, hanya merindu tanpa bertemu. Hampa.

Terima kasih luka,
kau telah mengajariku betapa berartinya senyuman itu.

Serapuh istana pasir tertelan ombak di tepi pantai,
begitulah perlakuanmu pada rinduku,
tak berarti apapun.

Terimakasih telah menanam benih rindu di hati ini,
meski kau tak ingin menuainya.
Rindu itu milikku bukan milikmu.

Lezat sayang.
Itulah jawab yang kuharap kau haturkan
ketika menu rindu kusajikan di meja makan malam kita.

Aku adalah hati.
Sebentuk hati yg kau biarkan bermahkota nelangsa dalam tumpukan rindu usang.

Yakini kekasih,
hidupmu terlalu hambar untuk dijalani,
tanpa menuai cinta ini.

Rinduku hanyalah rasa nirmakna,
sampai kau disisiku memberinya jiwa.

Terpecahkan gelas rindunya kala bertemu di bangku tua itu
kekasih lama, kisah kembali bermula?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun