Matahari tepat di ubun,
Kala kau terakhir bertanya.
Mengapa kau tak pernah marah,
Hingga di ujung batas kita harus berpisah.
Senja membuat matahari rebah di kebun,
Tinggal bayangmu masih merona.
Di jingga petang bayangmu menulis pesan,
Kita selamanya berbeda jalan.
Lalu malam membuat pandangku rabun,
Namun tidak pada benak yang meronta.
Pada mimpi nostalgia tersimpan,
Menjelajah kemungkinan berjumpa harapan.
Tiba pagi masih berembun,
Tetap di tempat yang sama.
Mungkin ada jejak kita terulang,
Untuk mengembalikan kisah yang hilang.
Pudji Widodo,
Sidoarjo, 17122024 (197/138)
Sumber gambar: sains.kompas.com