Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Pilihan

Gangguan Psikosomatik Taruna Lembaga Pendidikan Kedinasan

24 Mei 2024   05:49 Diperbarui: 24 Mei 2024   06:07 699 97
Di balik angka laporan kesehatan personel

Awal April 2018 perhatian publik tersita oleh aksi keji Kompol F yang menembak mati adik iparnya (Kompas.com, 6/4/2018). Alumnus Akpol 2003 ini, diketahui kemudian sejak 2014 mengalami gangguan kesehatan mental Skizofrenia.

Di TNI AD  berita dua prajuritnya Letkol D dan Letda H yang mengalami gangguan jiwa tingkat sedang,  mendapat perhatian khusus dari Kasad saat itu Jendral TNI Andika Perkasa. Dalam perawatan psikiater RSPAD, kondisi kesehatan mental Pamen dan Pama TNI AD itu relatif stabil (koran jakarta, 25/9/2021).

Kasus yang terekspos di media mewakili catatan masalah kesehatan jiwa di lingkungan militer. Selain kasus tersebut, yang sering mendapat perhatian di kalangan militer adalah Gangguan Stres Pasca-Trauma.

Dalam penatalaksanaan ketiga kasus kesehatan jiwa di atas, bila diperlukan akan dilacak dari data kesehatan personel. Data kesehatan personel terekam sejak personel masuk di lembaga pendidikan (lemdik) kedinasan pertama dan diteruskan dalam laporan kesehatan secara periodik.

Temuan penyakit diperoleh dari proses legeartis untuk memastikan diagnosis baik penyakit menular, penyakit tidak menular dan penyakit akibat agen abiotik, serta tak terkecuali yang berhubungan dengan kondisi mental. Gejala yang dikeluhkan pasien tentu dikonfirmasikan dengan pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Namun juga ada dari individu yang berobat hanya diperoleh data keluhan, sementara tidak ditemukan hasil pemeriksaan yang signifikan. Suatu bentuk masalah kesehatan jiwa yang disebut psikosomatik.

Gangguan psikosomatik muncul secara fisik, namun memiliki asal usul psikologis. Tulisan ini menyoal kemungkinan Gangguan Psikosomatik muncul sejak taruna dalam proses pembentukan di lemdik kedinasan militer dan sipil.

Penatalaksanaan yang paripurna sesuai standar pelayanan medis akan membedakan apakah individu yang datang berobat hanya malingering (berpura-pura) atau benar-benar mengalami gangguan psikosomatik.


Gangguan psikosomatik

Psikosomatik adalah berbagai gangguan mental emosional yang bermanifestasi sebagai gejala fisik yang tidak bisa dijelaskan proses terjadinya gangguan. Munculnya keluhan fisik pada psikosomatik tanpa alasan medis yang jelas, melainkan dipengaruhi oleh pikiran dan emosi.

Gangguan ini dalam International Classification of Diseases (ICD-10) masuk pada klasifikasi gangguan somatoform, gangguan disosiatif/konversi, neurasthenia, serta faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan penyakit fisik.

Klinik dan Tempat Perawatan Sementara (TPS) lemdik kedinasan merupakan lini terdepan layanan kesehatan jiwa. Poliklinik Psikosomatis RSCM  memperkirakan 30% dari keluhan fisik yang ditangani dokter di ruang praktek terkait dengan masalah psikologis.

Diagnosis psikosomatik dipastikan setelah dilakukan evaluasi yang cermat sesuai standar pelayanan medis, ternyata semua keluhan fisik pasien tidak bisa dijelaskan proses terjadinya gangguan. Gangguan psikosomatik juga bisa ditandai dengan memburuknya penyakit yang sebelumnya sudah ada.

Proses terjadinya gangguan psikosomatik secara pasti belum diketahui, tetapi diperkirakan sebagai akibat hiperaktifitas impuls syaraf yang dikirim otak ke bagian tubuh lainnya. (www.news-medical.net, 15/12/2022)

Proses emosi terdapat di otak dan disalurkan melalui susunan saraf otonom atau vegetatif. Sistem saraf otonom berfungsi mengontrol aktivitas tubuh yang terjadi tanpa kita sadari, seperti tekanan darah, detak jantung, hingga suhu tubuh.

Sistem saraf otonom mendukung aktivitas organ dalam, otot polos, dan kelenjar. Maka manifestasi gangguan spesifik yang disebabkan oleh gangguan psikis di antaranya melibatkan jantung-pembuluh darah, pernapasan, pencernaan, endokrin dan saluran urogenital.

Di bawah ini diberikan beberapa contoh gangguan spesifik yang disebabkan gangguan psikis pada sistem pembuluh darah, pernapasan, pencernaan dan integumen.

a. Sinkop vasomotor


Seorang prajurit siswa selalu pingsan menjelang berangkat mengikuti pelajaran renang. Rasa takut berlebihan menghambat impuls lawan atau menghindar dan menyebabkan melebarnya pembuluh darah tungkai serta gangguan aliran darah pada anggota gerak bawah. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pasokan darah yang membawa oksigen ke otak dan kehilangan kesadaran.

b. Asma


Faktor genetik, alergi, infeksi dan stres semuanya berperan menimbulkan gangguan atau penyakit. Rangsangan emosi bersama alergi menyebabkan penyempitan saluran pernapasan dan sesak.

c. Gastritis


Stres dan kecemasan yang disebabkan berbagai konflik menyebabkan hiperasiditas lambung yang mengiritasi selaput lendir dinding lambung.

d. Hiperhidrosis.

Dalam seleksi calon prajurit  TNI kadang ditemukan seorang calon yang sedang diperiksa dari tangan dan telapak kakinya berkeringat menetes membasahi lantai. Peserta seleksi tersebut mengalami hiperhidrosis.

Berkeringat emosional sebagai fenomena kecemasan mempengaruhi saraf otonom yang membuat kelenjar keringat telapak tangan-kaki dan ketiak terperas. Berbeda dengan berkeringat thermal yang lokasinya di dahi, leher, punggung tangan dan lengan bawah.

Dari contoh di atas, maka para dokter lemdik kedinasan tidak boleh melihat penyakit hanya dalam bingkai fisik saja. Bukan tidak mungkin pada kasus-kasus yang gejalanya dikeluhkan peserta didik terkait problem mental.

Setelah dilakukan asesmen cermat sesuai standar pelayanan primer, ini merupakan indikasi untuk merujuk ke dokter spesialis penyakit dalam dan spesialis kedokteran jiwa (psikiater).

Apakah mungkin seorang taruna lemdik kedinasan mengalami gangguan psikosomatik? 
Kita dapat melakukan pendekatan dari pola pengasuhan di lemdik dan segitiga epidemiologi timbulnya penyakit.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun