Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Skripsi Tentang Ewuh Pakewuh

13 April 2024   02:00 Diperbarui: 20 April 2024   14:35 643 85
Hari Minggu terakhir bulan Ramadan, dimanfaatkan warga RT 05 untuk kerja bakti. Lebaran yang segera tiba akan menjadi momen silaturahmi, bukan hanya warga se-RT, tetapi juga kerabat dan sahabat. Warga RT 05 sepakat membersihkan lingkungan agar para tamu nyaman berada di kawasan mereka bermukim.

Hari itu warga membagi sektor pembersihan, dengan sasaran pokok adalah fasilitas umum area terbuka di kanan kiri ujung barat gang RT 05. Pada satu sisi telah terpasang paving block dan  di sisi lainnya masih berupa lapangan rumput.

Dengan mesin pemotong Mas Wahyu membabati rumput dan perdu. Kedua area terbuka itu bisa menjadi tempat parkir sehingga mobil para tamu lebaran tidak memenuhi gang RT.

Sisi luar dua lapangan itu berbatasan langsung dengan jalan desa. Dan di pinggir jalan sisi lain berdiri rumah besar Pak Munir, juragan Toko Bangunan, peternak sapi, tuan tanah dan sawah.

"Cak Mis kemarin dapat bingkisan dari Pak Munir?"
"Iya, kenapa ? Pak Miskun ganti bertanya kepada Yopi, satu-satunya Nyong Ambon di RT 05, bahkan satu-satunya di RW 21.
"Kan sampeyan juga dapat to?" Belum sempat Yopi menjawab sudah meluncur pertanyaan lagi.

Yopi sudah 3 tahun tinggal di perumahan yang dibelinya karena dekat dengan tempat dia bekerja. Selama tiga tahun pula setiap menjelang Lebaran, satpam di gudang cold storage di batas desa itu selalu mendapat bingkisan dari Pak Munir. Dia juga rutin mendapat jatah daging kurban dari keluarga Pak Munir.

Pak Rosid yang ikut berteduh ke tempat mereka menggeser persoalan.
"Apa Mas RT jadi menemui Pak Munir?"
Dipanggil Mas RT, karena ada contoh Mas Mentri dan Mas Wali, juga karena merupakan keluarga paling muda di RT 05.
Hasil pertemuan rutin sebulan yang lalu memutuskan Mas RT mewakili aspirasi warga akan menemui Pak Munir.

Pak Miskun memastikan Mas RT belum melakukan, karena dia yang akan diajak Mas RT menemui Pak Munir. Kalau sudah bertemu, Mas RT  tentu menyampaikan hasil pertemuan di grup perpesanan. Tukas Pak Miskun.

Mas RT tidak ada di situ. Dia sedang di ujung gang timur, memastikan aliran sudetan ke sumur resapan komunal lancar.

Pertanyaan Pak Rosid terkait persoalan antara warga RT dengan Pak Munir. Warga merasa keberatan dua lapangan fasilitas umum RT dipakai menjemur jerami oleh pekerja Pak Munir. Setelah jerami kering terpajan sinar matahari, partikel serbuk serpihan jerami terbang bersama angin.

Sebagian warga yang saluran napasnya terpapar partikel serbuk jerami menjadi batuk-batuk. Sofi, remaja anak Bang Tigor yang sensitif menjadi sesak napas karena asmanya kambuh dan dibawa berobat ke puskesmas.

Selain menjemur jerami, pekerja Pak Munir menggunakan dua lapangan RT 05 untuk menjemur gabah padi.

Menjadi perbincangan pula bahwa ada keengganan untuk menyampaikan soal keberatan itu ke Pak Munir, mengingat semua kebaikan yang telah diterima warga RT 05.

Pak Munir memang bukan warga RT 05, tetapi dermawan membantu warga RT 05. Sesuai batas jalan, rumah Pak Munir karena berada di seberang jalan sudah masuk wilayah RW lain. 

Sebagian anggaran pembelian tenda inventaris RT adalah sumbangan Pak Munir. Pak Munir ikut menyumbang material untuk membangun balai RT, juga kursi plastik untuk hajatan warga.

Pak Sarno, warga tertua dan lebih sering dipanggil Mbah Sarno menyebut situasi kebatinan warga RT 05 dalam istilah Jawa sebagai "ewuh pakewuh."

Karena sering mendapat bantuan, Mas RT merasa seakan subordinat di hadapan Pak Munir. Hal itu tidak diungkapkan kepada warga. Namun sebenarnya sebagian warga juga memiliki perasaan yang sama.

Warga RT 05 menjadi ewuh pakewuh karena telah menerima kebaikan Pak Munir. Warga menjadi merasa sulit untuk menolak atau mengajukan keberatan terhadap penggunaan fasilitas umum oleh pekerja Pak Munir.

Tetapi ada pula yang tegas harus menyampaikan keberatan.
"Mas RT, kita tidak perlu pakewuh dengan Pak Munir. Kita setara dalam urusan hak untuk kepentingan umum, apa lagi ada yang sampai gawat sesak napas." Faisal, karyawan pabrik yang aktivis buruh memberi dukungan.

Probo cucu Mbah Sarno, mahasiswa yang akan menyusun proposal skripsi ikut melakukan analisis. Pertama dia percaya belum tentu Pak Munir yang mempunyai kemauan. Barangkali tindakan menjemur jerami di lapangan RT 05 adalah murni inisiatif pekerja Pak Munir.

Probo mencoba menghubungkan antara ketegasan bebas bersikap dan etika kesantunan agar tidak terperangkap ewuh pakewuh yang salah kaprah. Ewuh Pakewuh biasanya dilakukan untuk menghindari terjadinya konflik dan menjaga hubungan yang baik. Namun bila mengorbankan kepentingan orang banyak dan terbukti membahayakan tentu sikap ewuh pakewuh tidak tepat.

Tegas bersikap satu suara agar pekerja Pak Munir tidak menjemur jerami lagi di dua lapangan RT, kecuali untuk menjemur gabah padi tetap diizinkan. Sikap itu disampaikan dengan santun untuk kepentingan kesehatan warga. Terakhir untuk pembelajaran bahwa sisi negatif ewuh pakewuh harus dihentikan

Pendapat Probo disampaikan ke Mas RT. Akhirnya Mas RT sepakat setelah salat Id bersama Pak Miskun akan silaturahmi ke Pak Munir untuk menyampaikan keberatan warga, dengan mengesampingkan ewuh pakewuh.

**************

Karena bulan puasa, pelaksanaan kerja bakti hanya sebentar. Warga segera bubar melanjutkan urusannya masing-masing. Probo, Yopi dan Mas RT masih tetap di Balai RT mengembalikan alat-alat kerja bakti ke dalam Gudang.

"Bok suwun ya." Mas RT sebelum pulang mengucapkan terima kasih kepada Probo yang oleh keluarganya dipanggil Tebok.
Probo tinggal sendiri, tiba-tiba pikirannya melayang saat dia bertugas sebagai anggota KPPS dan penasaran apa keputusan sidang MK tentang PHPU pada 22 April 2024 nanti.

Menurut situs Mahkamah Konstitusi yang dia baca bahwa dari lembaga riset diketahui pemilih salah satu Paslon justru lebih banyak yang tidak berstatus sebagai penerima bansos. Jadi alasan masyarakat memilih capres tersebut karena mempunyai kualitas tertentu (MKRI).

Probo penasaran, bagaimana dengan kelompok para penerima bansos. Apakah ada faktor Ewuh Pakewuh dengan pemberi bansos yang terkait capres tertentu.

Di benak Probo, pertanyaan itu bisa dikembangkan menjadi materi penelitian skripsinya tentang "Pengaruh kultural Ewuh Pakewuh terhadap hasil elektoral." Semoga dosen pembimbingnya menyetujui (pw).



Pudji Widodo,
Sidoarjo, 12042024 (160/116).
Rujukan informasi : 
www.mkri.id, 4/4/2024.
Foto : Kompas.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun