Dia berdiri bersandar di bawah pohon mangga yang rantingnya jarang-jarang. Sesekali ia menunduk, sesekali juga kakinya tak mau diam bermain-main dengan tanah yang ia pijak. Di hadapannya berdiri seorang perempuan tua yang sudah ubanan, menatapnya lekat seperti hendak menghakimi. Tapi kemudian raut muka perempuan tua itu berubah. Kini nampak sedikit lembut, meskipun kesan ketegasannya tak pudar.
KEMBALI KE ARTIKEL