Tujuan saya menulis bahan ini adalah sebagai
pengantar diskusi kita tentang mengembangkan organisasi ini di Universitas
Negeri Padang. Sebagai langkah awal dari
pencarian benang merah dari beragamnya ide kita yang berserakan.
Tulisan ini dipandu oleh cara pandang teori difusi inovasi dari Gabriel Tarde di
awal 1900-an yang selanjutnya dikembangkan
oleh Everett M. Roger pada 1960-an.
Cara pandang difusi inovasi digunakan
untuk melihat sejauh mana individu atau suatu
kelompok dalam mengadopsi sebuah inovasi.
Inovasi yang dimaksud adalah gagasan,
pengetahuan, dan teknologi.
Dalam konteks organisasi kita (GMNI di
UNP) berarti sejauh mana gagasan nasionalisme
diadopsi oleh mahasiswa. Atau sejauh mana
mahasiswa di UNP mengenal GMNI dari aspek
keorganisasian, aktivitas, dan perannya pada
organisasi kemahasiswaan di UNP. Bagian ini
merupakan pembatasan yang diusulkan melalui
tulisan ini.
Praksis karakteristik inovasi
Empat ciri inovasi yang dapat diadopsi
dari Rogers adalah (1) relative advantage
(keuntungan relatif), (2) compatibility (kesesuaian), (3) complexity (kerumitan), (4) triablity (siap uji). Pertama, relative advantage (keuntungan relatif). Ciri ini dapat didekati dari elaborasi menggunakan hasil baca tentang teori dramaturgi.
Ciri ini terkait dengan seberapa besar atau
sedalam apa mahasiswa UNP merasakan efek
nyata (kepuasan) dari keberadaan GMNI di UNP.
Semakin besar mahasiswa UNP merasakan efek
nyata dari gagasan, program, dan kiprah kader
GMNI di UNP, maka semakin cepat pula GMNI
dikenal di UNP.
Kedua, compatibility (kesesuaian). Ciri ini
dapat didekati dari elaborasi dari hasil baca
tentang teori fenomenologi. Ciri ini berhubungan dengan sesuai atau tidaknya pola organisasi GMNI bagi kebutuhan pengembangan organisasi
kemahasiswaan di UNP. Lebih dalam, adalah
menilik kesesuaian kiprah kader GMNI dalam
keterlibatan di dalam kegiatan kemahasiswaan di berbagai tingkatan.