Sebuah buku LKS (lembaran Kerja Siswa) untuk siswa kelas II SD ditemukan sebuah cerita rakyat asal daerah Betawi yang bertuliskan kata "istri simpanan" . Buku ini cukup mengambil perhatian media massa, sampai-sampai orang tua siswa yang peratma kali melaporkan buku ini di undang oleh TV One ke studio untuk dimintai keterangan.
Sebagai orang tua yang punya anak, pastilah sangat kecewa dengan peristiwa ini. Mereka sudah mempercayakan kepada sekolah untuk mendidik putra-putri kesayangan. Tapi sayang, apa yang mereka harapkan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang mereka temui. Apalagi mendengar pertanyan putrinya, "Ma, apa sih maksudnya istri simpanan?"
Apa sebenarnya yang terjadi?
- Buku LKS itu adalah salah satu buku penunjang agar siswa lebih memahami materi pelajaran. Biasnya buku ini lebih banyak berisi pelatihan-pelatihan untuk dikerjakan siswa, baik di sekolah atau di rumah. LKS ini juga diterbitkan oleh penerbit buku pelajaran lainnya. Khusus untuk kasus ini, LKS ini adalah buku untuk penunjang mata pelajaran Muatan Lokal
- Mata Pelajaran Muatan Lokal adalah mata pelajaran yang dirancang oleh: sekolah (satuan Pendidikan), atau Pemerintah Propinsi, atau pemerintah Kabupatn/kota. Masing-masing daerah tidak sama Mata pelajaran Muatan Lokal nya. Khusus di Sumatera Barat (tempat penulis bekerja) Muatan lokalnya adalah Budaya Alam Minangkabau, dan pendidikan Al-Quran. Pemerintah pusat tidak menyusun kurikulum (sekarang: standar kompetensi dan kompetensi dasar) untuk mata pelajaran ini. Bapak Mendiknas tidak menejelaskan masalah ini tadi sore, ketika ditanya oleh seorang pengamat pendidikan dalam acara TV One itu.
- Buku pelajaran maupun LKS unttuk mata pelajaran Muatn Lokal ini pasti sangat terbatas. Syukur-syukur ada penerbit yang mau menrbitkan, karena secara bisnis, ini kurang menguntungkan. Jika tidak ada buku pelajarannya, disuruhlah guru untuk mencari sendiri sesuai dengan kurikulum yang disusun Pemda itu.
- Guru mata pelajaran ini hanya dibekali dengan pelatihan beberapa hari saja. Belum ada rekrutmen guru khusus untuk guru muatan lokal. Guru SMP dan SMA yang dibebankan untuk mengajarkan ini adalah guru yang kurang kekurangan jam (kurang dari 24 jam). Apa lagi guru SD, guru yang harus menguasai berbagai bidang disiplin ilmu, sekarang ditambah lagi dengan MP muatan lokal, kasihan juga kan...?
- Sebenarnya masih banyak lagi beban-beban tambahan yang diberikan kepada guru anatara lain: