WARAWIRI rencananya akan melantai di BEI tanggal 4 April 2021, rencananya akan menjual saham sebanyak 23,4 juta lot @168, sehingga total dana yang diharapkan sebanyak Rp. 392,6 miliar.
Akibat IPO, ekuitas emiten akan membengkak 2,7 kali lipat dari hanya sebesar Rp. 143,3 miliar pada tanggal 30 Nov 2021, setelah IPO akan naik menjadi sekitar = Rp. 535,9 miliar. Meskipun dari total ekuitas yang membengkak 2,7 kali lipat karena kontribusi dana PUBLIK, tetapi malangnya PUBLIK, yang menyuntikan uang 2,7 kali lipat lebih banyak dibandingkan para pemegang saham existing, hanya memiliki porsi kepemilikan 20%.
Yang menarik adalah, dari total ekuitas para pemegang saham sebelumnya Rp. 143,3 miliar, sebesar Rp. 48,5 dalam bentuk "laba ditahan". Malangnya dari laba yang ditahan tersebut, seluruhnya masih ditahan para pelanggan. Bahkan para pelanggan menahan asset (laba) milik emiten jumlahnya lebih besar lagi, dimana saldo piutang usaha per 30 Nov 2021 sebesar Rp. 174,3 miliar.
Karena saldo piutang dagang (Rp. 174,3 miliar) jumlahnya melebihi nilai ekuitas (Rp. 143,3 miliar), maka dapat disimpulkan, bahwa kontribusi modal (ekuitas) dari para pemegang saham existing terhadap total asset perusahaan, masih tertahan oleh para pelanggan. Singkatnya, jika publik harus setor uang tunai, sedangkan para pemegang saham existing setor ekuitas dalam bentuk piutang dagang.
Mungkin itu sebabnya WARAWIRI harus melakukan IPO, karena kehabisan modal untuk kasih piutang kepada para pelanggannya. Dan jika anda menganggap menagih utang kepada pelanggan adalah "gampang", maka abaikan saja postingan ini.
Demikian sekilas info.