Kasus Gastro Reflux Esophagus Disorder (GERD)
Pasien laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan rasa perut seperti terbakar dan asam lambung yang sepertinya naik ke tenggorokan. Hal ini sudah berlangsung setahun dan telah membuat pasien berkunjung ke berbagai dokter spesialis penyakit dalam bahkan konsultan gastroenterologi. Pada pemeriksaan endoskopi tidak ditemukan keluhan yang berarti. Perasaan naik (reflux) ini tidak mempan diobati dengan berbagai macam obat maag bahkan dari yang paling terbaru sekalipun.
Pasien disarankan untuk datang ke psikiater karena menurut dokternya mungkin saja kerjaan pasien yang membuatnya stres sehingga mempengaruhi kerja asam lambung. Pasien kemudian datang ke saya karena melihat tulisan saya di salah satu media internet. Pada saya pasien menceritakan tentang kondisinya. Pengetahuan pasien tentang penyakitnya sangat baik, kita bahkan sempat berdiskusi panjang tentang peran serotonin, zat yang selama ini dikira selalu berada di dalam otak tetapi pada kenyataannya lebih banyak terdapat di reseptor saraf di lambung. Pasien juga mengeluh sulit tidur
Pasien akhirnya menjalani pengobatan dengan menggunakan antidepresan. DIpilih antidepresan yang mempunyai efek lebih kepada peningkatan kadar serotonin di dalam tubuh. Pasien tidak langsung merasa nyaman, walaupun agak lumayan keluhannya masih sering datang dan masalah tidur yang sulit juga masih dirasakan pasien. Merasa masih mempunyai masalah dengan perutnya pasien kemudian berencana pergi ke Mount Elizabeth Hospital untuk pemeriksaan lebih lanjut. Di sana dilakukan berbagai macam pemeriksaan dan sempat direncakan operasi untuk memasang ring di lambungnya untuk mencegah refluks. Sampai menjelang akhir pemeriksaan, ternyata operasi tidak dilakukan dan pasien disarankan untuk terus melakukan konsultasi dan pengobatan dengan psikiater.
Komentar
Kasus-kasus gangguan perut/maag sangat sering dijumpai di klinik psikosomatik dan membuat pasien merasa tidak nyaman karena keluhannya sepertinya sulit baik. Kondisi gangguan perut memang sangat berhubungan dengan suasana perasaan pasien. Tidak heran jika dalam salah satu iklan obat maag di televisi beberapa waktu lalu, stres merupakan pemicu keluhan ini selain kopi.
Pasien yang biasanya datang ke klinik psikosomatik tempat saya bekerja biasanya lebih banyak mengeluh fisik dibandingkan keluhan tentang masalah emosionalnya. Walaupun dalam pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang seperti endoskopi tidak ditemukan kelainan, pasien biasanya agak sulit percaya bahwa hal ini disebabkan oleh kondisi stres.
Stres pada kasus yang mengenai lambung dihubungkan dengan gangguan pada sistem Hipotalamus Pituitary Adrenal axis. Gangguan pada sistem ini diakibatkan oleh stres yang tidak teradaptasi baik dan menimbulkan gangguan pada asam lambung dan permeabilitas dinding lambung. Pengobatannya selain dengan psikoterapi juga dengan pengobatan obat antidepresan.
Saat ini pasien masih menjalani pengobatan dengan antidepresan saja. Keluhan perut sudah jauh berkurang, gangguan tidurnya pun sudah mengalami perbaikan. Terapi kognitif dilakukan untuk memperkuat mekanisme adaptasi supaya tidak terjadi kekambuhan.