Bangun pagi, apalagi sebelum jam 4 pagi bukan perkara mudah buat saya. Bahkan, merupakan tantangan terberat. Namun tekad untuk menyaksikan tingkah lumba-lumba di laut lepas ternyata mampu mengalahkannya. [caption id="attachment_110449" align="aligncenter" width="300" caption="Photo: Priyanto B. Nugroho"][/caption] Saat itu, saya dan beberapa kawan sedang '
break' dan berlibur singkat ke Bali. Sejak awal, kami memang berencana melihat sisi lain Bali. Bukan di daerah selatan yang selalu padat dan ramai dengan turis. Masih seputaran pantai yang hendak kami tuju, laut tepatnya, namun bukan untuk menikmati pantainya. Yang ada di benak kami adalah Lovina, pantai di daerah Buleleng, Singaraja. Bali bagian utara. Pantai Lovina sebenarnya juga cukup indah dan banyak obyek laut yang bisa dinikmati. Pasir pantainya bersih kehitaman, tidak putih seperti pantai pulau Dewata bagian selatan. Kali ini kami punya tujuan khusus, yaitu melihat kehidupan lumba-lumba di laut bebas. Konon, saat itu air laut di sana sedang hangat-hangatnya sehingga lumba-lumba, dengan atraksi melompat ke atas permukaan laut akan banyak dijumpai. Pagi, jam 4 kurang saya sudah bangun. Kami menginap di salah satu hotel di Singaraja. Konon hotel ini dimiliki orang Jerman. Dengan mata masih berat sekali dan hanya sekedar cuci muka, bersama-sama kami langsung menuju pantai. Di sana, kami berbagi 'cadik', perahu kecil tradisional milik nelayan, yang sudah dipesan sore sebelumnya. Masing-masing cadik, dinaiki sekitar 4 orang dan sesuai dengan standard keamanan, masing-masing mengenakan jaket pelampung.
Â
KEMBALI KE ARTIKEL