Menurut Soedjatmoko, kesadaran sejarah merupakan orientasi intelektual. Ia sangat diperlukan agar seseorang memahami dengan benar tentang kepribadian nasional. Lewat kesadaran sejarah seseorang dibimbing agar memahami dirinya sendiri sebagai bangsa. Tidak hanya itu kesadaran sejarah juga menuntun manusia agar mencapai tahap pengertian tentang self understanding of nation, tentang masalah what we are, why we are what we are.
Kesadaran sejarah adalah sikap jiwa yang harus dimiliki setiap orang. Pembangunan yang dilakukan dengan segala tujuannya merupakan cerminan kemampuan bangsa. Kemantapan dan kreativitas dalam melaksanakan pembangunan tidak akan ditemukan tanpa kesadaran sejarah. Dan sebuah generasi yang tidak pernah merasakan revolusi yang pernah menggetarkan bangsanya  diyakini bakal kesulitan memelihara momentum pembangunan serta daya kreatif bangsanya. Dengan kata lain, rendahnya kesadaran sejarah mengakibatkan seseorang kehilangan momentum membangun bangsanya.
Realitas sosial, budaya, dan politik seperti yang terjadi sekarang ini adalah sebuah bukti rendahnya kesadaran sejarah. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kesempatan masyarakat turut serta dalam berpolitik. Rendahnya kesadaran sejarah mengakibatkan seseorang tidak mengenali dirinya sendiri. Ini jamak terjadi. Lihat saja, baru berhasil sedikit saja, kemudian bilang sopo aku (siapa aku). Baru dilantik jadi pejabat, dengan sombongnya berkata, "Kamu tahu enggak siapa saya?" Lucu kan? Masak dirinya sendiri tidak tahu.
AGSI Jatim welcome. Siap bersinergi dan bekerjasama dengan masyarakat, badan, TNI-Polri, Â instansi pemerintah dan non-pemerintah untuk bersama sama membangun kesadaran sejarah serta bersama sama pula berjuang melawan lupa. Sebab, salah satu tugas manusia adalah melawan lupa (*/)